Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yusril Ihza Sebut Sistem Proporsional Terbuka Perburuk Kapasitas Pemilih, Makin Tak Terdidik Politik

Yusril Ihza menyatakan bahwa pemberlakuan sistem proporsional terbuka pada Pemilu memperburuk kapasitas pemilih dan menjadi tidak terdidik politik.

Penulis: Rifqah
Editor: Daryono
zoom-in Yusril Ihza Sebut Sistem Proporsional Terbuka Perburuk Kapasitas Pemilih, Makin Tak Terdidik Politik
Tangkapan Layar KOMPAS TV
Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (Kiri) dan Hakim Mahkamah Konstitusi Anwar Usman (Kanan). Yusril Ihza menyatakan bahwa pemberlakuan sistem proporsional terbuka pada Pemilu memperburuk kapasitas pemilih dan menjadi tidak terdidik politik. 

Di mana pemilih diharapkan dapat mengenal nama-nama dan sosok dari kandidat-kandidat yang disediakan di kertas suara.

Namun, ternyata hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

"Ternyata meskipun telah dibuat seterbuka mungkin, para pemilih kita tetap berjarak dengan kandidat-kandidat yang mereka pilih," kata Yusril.

Ketua Umum PBB, Ysuril Ihza Mahendra
Yusril Ihza menyatakan bahwa pemberlakuan sistem proporsional terbuka pada Pemilu memperburuk kapasitas pemilih dan menjadi tidak terdidik politik.

Sistem proporsional terbuka, kata Yusril gagal membangun hubungan yang erat antara para anggota dewan dan konstituennya.

Meskipun tujuan diadakan ketentuan tersebut adalah agar konstituen dapat mengontrol kinerja kandidat yang terpilih.

"Nyatanya jangankan mengontrol dan mengawasi, kenal saja tidak," ucap Yusril.

"Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sistem proposional terbuka adalah penyebabnya," imbuhnya.

Berita Rekomendasi

Sistem Proporsional Terbuka Lemahkan Pemilih secara Struktural

Sistem proporsional terbuka sebelumnya disebutkan juga melemahkan pemilih secara struktural.

Para pemilih semestinya mendapatkan pendidikan politik dari partai dan kandidat-kandidat yang diusungnya.

"Namun, karena keduanya tidak lagi fokus menjual program, gagasan, dan ide, maka pengetahuan pemilih tentang Pemilu hanya sebatas ajang memilih orang populer atau orang dekat, tanpa merasa perlu memastikan apakah kandidat tersebut punya kapasitas untuk bekerja," ungkap Yusril.

Baca juga: KPU Tengah Susun Rancangan Anggaran Surat Suara Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Rp800 M

Yusril mengatakan bahwa para pemilih kini betul-betul dibuat lemah secara struktural dan tidak melakukan peran kedaulatan yang ada pada mereka sebagaimana mestinya.

Maka dari itu, Yusril menyatakan carut-marutnya dunia politik yang dialami kini bukan hanya disebabkan dari partai politik dan kader-kadernya saja, tetapi juga disebabkan oleh lemahnya para pemilih.

"Bahwa untuk menjadi perhatian yang mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, maka dari kelemahan-kelemahan itu akhirnya kita dapat memahami bahwa carut-marutnya dunia politik kita hari ini bukan saja salah partai politik dan kader-kadernya tetapi juga disebabkan oleh lemahnya para pemilih," ujar Yusril.

(Tribunnews.com/Rifqah)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas