Emil Dardak Ungkap Tantangan Dalam Meraih Suara Anak Muda
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak mengungkap sejumlah tantangan dalam meraih suara anak muda.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak mengungkap sejumlah tantangan dalam meraih suara anak muda.
Ia mengaku setuju bahwa umur bukanlah variabel mutlak terhadap perilaku pemilih melainkan latar belakang mereka juga menjadi sangat penting.
Namun demikian, berdasarkan sebuah survei yang dilakukan di Jawa Timur, anak muda di sana ternyata cenderung tidak bersikap politik patron.
Mereka, kata dia, cenderung mengikuti pilihan mereka sendiri.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Konferensi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (KISIP) Ke-II yang digelar CSIS Indonesia pada Selasa (14/3/2023).
"Ini kita pernah ada juga survei dilakukan di Jawa Timur. Anak muda itu ternyata tidak begitu politic patron. Jadi kalau ditanya anda akan ikut pilihan siapa, dia bilang tidak ada. Saya akan ikut pilihan saya sendiri. Ini yang agak susah menjangkau anak muda," kata Emil.
Selain itu, kata dia, anak muda cenderung bersikap pragmatis terhadap politik manakala kebijakan pemerintah tidak berdampak kepada mereka.
Pragmatisme tersebut, kata dia, bisa secara finansial melalui politik uang, namun juga bisa secara superfisial.
Superfisial yang dimaksud, kata Emil, di antaranya adalah cenderung memilih berdasarkan tampilan fisik atau kesan yang ditangkap secara sepintas.
Apabila mereka sudah bersikap pragmatis, kata dia, maka anak muda akan cenderung mengesampingkan rekam jejak dari calon pemimpin yang dimunculkan di publik.
Padahal menurutnya, untuk mengukur rekam jejak seorang calon pemimpin tidak cukup dengan menonton video di medsos berdurasi 30 detik sampai satu menit yang mereka sukai.
Hal tersebut, kata dia, karena untuk menjabarkan ide-ide yang kompleks tidak bisa disampaikan dengan cara yang sederhana atau durasi yang singkat karena ide-ide kompleks perlu dinalar dengan tepat.
Selain itu, kata dia, anak muda juga bisa menentukan pilihan akibat terhasut oleh politik kebencian.
Baca juga: Sukarelawan Ganjar Yakin Anak Muda Kulon Progo Mampu Kembangkan Skill untuk Majukan Desa
"Jadi hati-hati juga, bukan hanya money politic tantangan kita, tetapi superfisial, memilih berdasarkan hal yang sangat superfisial yang kemudian akhirnya kita tidak mau spent time (menghabiskan waktu) untuk memahami betul track record (rekam jejak) dari seseorang," kata Emil.