Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jaga Kelestarian Lingkungan, Anak harus Diajarkan Kebiasaan Memilah Sampah Plastik Sejak Dini

Kebiasaan untuk bertanggung jawab pada sampah yang dihasilkan, baik itu organik maupun anorganik, harus ditanamkan pada anak sejak usia dini.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Jaga Kelestarian Lingkungan, Anak harus Diajarkan Kebiasaan Memilah Sampah Plastik Sejak Dini
Tribunnews.com/Fitri Wulandari
Aksi anak-anak yang menampilkan busana dari sampah daur ulang dalam 'Festival #SekarangSaatnya Dari Sampah Jadi Berkah: Jadikan Daur Ulang sebagai Gaya Hidup' di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Sabtu (18/3/2023). 

"Bersama dengan Hyundai Motor Company, kami mengambil langkah strategis melalui Program Ekonomi Sirkular yang mengedepankan misi ekonomi hijau berkelanjutan," kata Selina.

Mitigasi dan adaptasi dampak krisis iklim, kata dia, harus dilakukan secara massive dan kolektif.

"Edukasi serta kampanye yang diinisiasi dan dipimpin oleh anak mengenai bahaya sampah plastik, menjadi bagian integral dalam pelaksanaan program. Kami mendorong seluruh masyarakat untuk ikut ambil bagian melalui kampanye #SekarangSaatnya untuk Aksi Generasi Iklim," jelas Selina.

Program Sirkular Ekonomi Save the Children Indonesia yang berkolaborasi dengan plastic pay mengajak anak-anak dan masyarakat untuk membiasakan diri memilah sampah plastik agar dapat dikelola menjadi barang baru yang bernilai secara ekonomi.

Gerakan yang dilakukan sejak Oktober 2022 hingga Maret 2023 ini telah berhasil mengelola 560 kilogram (kg) sampah plastik melalui proses daur ulang.

Sehingga ratusan kg sampah tersebut tidak berakhir di tempat pembuangan akhir.

Tumpukan sampah plastik di pinggiran Sungai Musi, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (13/1/2023). Masyarakat sering kali membuang sampah ke sungai yang menyebabkan Sungai Musi tercemar. Peneliti Lembaga Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengatakan bahwa pencemaran mikroplastik di Sungai Musi merupakan kadar tertinggi dibanding sungai-sungai lain di Pulau Sumatera. Dari hasil pengukuran kualitas air, beberapa parameter seperti klorin dan fosfat ditemukan sudah melebihi baku mutu. Kandungan klorin sebesar 0.18 ppm melebihi baku mutu sebesar 0.03 ppm dan fosfat sebesar 0.70 melebihi baku mutu sebesar 0.2 ppm untuk sungai yang digunakan sebagai bahan baku air untuk keseharian. TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO
Tumpukan sampah plastik di pinggiran Sungai Musi, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (13/1/2023). Masyarakat sering kali membuang sampah ke sungai yang menyebabkan Sungai Musi tercemar. Peneliti Lembaga Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengatakan bahwa pencemaran mikroplastik di Sungai Musi merupakan kadar tertinggi dibanding sungai-sungai lain di Pulau Sumatera. Dari hasil pengukuran kualitas air, beberapa parameter seperti klorin dan fosfat ditemukan sudah melebihi baku mutu. Kandungan klorin sebesar 0.18 ppm melebihi baku mutu sebesar 0.03 ppm dan fosfat sebesar 0.70 melebihi baku mutu sebesar 0.2 ppm untuk sungai yang digunakan sebagai bahan baku air untuk keseharian. TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO (TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO)

Selain itu, upaya pengelolaan sampah ini telah membantu mengurangi jejak karbon sebesar 2,4 ton. 

Berita Rekomendasi

Program ini juga melakukan edukasi dan aktivitas kampanye, serta telah berhasil menjangkau 8.300 anak di 10 sekolah dan 2 Ruang Publik Terpadh Ramah Anak (RPTRA) yang tersebar di Jakarta Utara dan Jakarta Selatan. 

#SekarangSaatnya merupakan bagian dari Kampanye nasional Save the Children Indonesia yakni Aksi Generasi Iklim

Kampanye ini telah dicanangkan sejak 2022 dan diinisiasi oleh anak-anak dari 6 provinsi yakni DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas