Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Elektoral PDIP dan Ganjar Potensial Melorot Usai FIFA Batalkan Piala Dunia U-20 Digelar di Indonesia

Tingkat elektabilitas (PDIP) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpotensi melorot usai FIFA membatalkan gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Elektoral PDIP dan Ganjar Potensial Melorot Usai FIFA Batalkan Piala Dunia U-20 Digelar di Indonesia
(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO) (Ist)
Elektoral PDIP dan Ganjar Potensial Melorot Usai FIFA Batalkan Piala Dunia U-20 Digelar di Indonesia 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingkat elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpotensi melorot usai FIFA membatalkan gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Keterangan tersebut disampaikan oleh Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga yang menyebut bahwa saat ini, masyarakat sudah kecewa berat dengan keputusan FIFA.

"Hal itu membuat sebagian masyarakat kecewa berat kepada Ganjar dan PDIP. Kekecewaan itu membuat popularitas Ganjar dan PDIP dalam konotasi negatif akan meningkat," kata Jamiluddin dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/3/2023).

Sebagaimana diketahui, PDIP dan Ganjar Pranowo merupakan segelintir pihak yang menentang kehadiran Timnas Israel ke Indonesia. 

Hal itu digadang menjadi salah satu catatan atau poin penting bagi FIFA membuat keputusan pembatalan.

"Popularitas negatif biasanya akan berkolerasi dengan penurunan elektabilitas. Karena itu, elektoral Ganjar dan PDIP berpeluang turun drastis sangat terbuka," sambungnya.

Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo turut menolak kehadiran Timnas Israel sebagai peserta Piala Dunia U20 2023 di Indonesia.

BERITA REKOMENDASI

Alasan Ganjar Pranowo menolak Israel karena sikap dukungan dan komitmen untuk kemerdekaan Palestina.

“Sehingga penyelenggaraan Piala Dunia U20 bisa dilakukan tanpa mengorbankan komitmen panjang kita untuk mewujudkan Palestina merdeka. Serta, tetap menjaga kedamaian sosial-politik di dalam negeri Indonesia," kata Ganjar Pranowo dalam keterangan tertulis dikutip dari YouTube KompasTV.

"Saya berharap agar diupayakan langkah-langkah terobosan bersama, tanpa kehadiran Israel," katanya.

Selain itu, dia juga menjadikan amanat Presiden RI Indonesia, Ir Soekarno, sebagai alasan lain penolakan Israel.

"Kita sudah tahu bagaimana komitmen Bung Karno terhadap Palestina, baik yang disuarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, dan maupun dalam Conference of the New Emerging Forces."

"Jadi ya kita ikut amanat beliau," kata Ganjar.

Tak hanya Ganjar, dua kepala daerah lain juga menyatakan penolakan terhadap Timnas Israel di Piala Dunia U20.

Mereka adalah Gubernur Balu I Wayan Koster yang juga kader PDIP seperti Ganjar. Kemudian ada nama Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum.

Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah

Anggota Komite Eksekutif, Arya Sinulingga, mengumumkan perkembangan terkini menyangkut masa depan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Baca juga: Erick Thohir: Intervensi Jadi Penyebab FIFA Batalkan Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U20

Dalam keterangan persnya yang disampaikan di sejumlah stasiun televisi, Arya terlihat tampak lesu menyampaikan update hasil pertemuan Ketua Panitia Lokal (LOC), Erick Thohir, dengan Presiden FIFA pada Rabu (29/3).

“Peluang kita menjadi tuan rumah berat. Kondisi Indonesia berat, keputusan akhir di tangan FIFA. Kita dianggap tidak mampu oleh FIFA,” kata Arya Sinulingga, Rabu (29/3) malam.

Arya menyebut FIFA menyoroti kondisi keamanan pelaksanaan Piala Dunia U-20, seiring maraknya penolakan Israel di Indonesia beberapa pekan terakhir.

FIFA pun tetap tegas pada pendiriannya menyangkut Israel. Mereka memegang teguh prinsip keseteraan, Fair Play, anti diskriminasi.

Indonesia dianggap gagal menyakinkan mereka menyangkut hal itu. Mencuatnya surat penolakan kehadiran Israel oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster, mendorong FIFA membatalkan drawing pada 31 Maret 2023 mendatang.

“Pertemuan Pak Erick dengan FIFA masih berlangsung, ketika berbincang-bincang sepertinya susah mengubah sikap FIFA. Mereka tetap pada pendiriannya," katanya.

“Mereka punya prinsip kesetaraan, fairplay, tidak ada diskriminasi yang tak bisa diganggu gugat."

Arya memiliki kekhawatiran tak hanya batal menjadi tuan rumah, Indonesia bakal terkucil dari dunia sepak bola internasional karena dianggap tidak bisa melaksanakan prinsip dasar yang jadi pegangan FIFA.

“Yang saya khawatirkan kita (PSSI) bakal dibanned. Kita dikucilkan dari dunia. Hal itu jelas amat merugikan sepak bola Indonesia ke depannya,” kata Arya.

Pernyataan Presiden RI, Joko Widodo yang menjamin keikutsertaan Israel di PIala Dunia U-20 dianggap tidak cukup menyakinkan FIFA sebagai tuan rumah.

“Posisi Indonesia cukup berat dan kita dianggap tidak mampu. Itu yang bisa saya sampaikan saat ini. Nanti Pak Erick akan bicara, tetapi dari info teman-teman di sana kondisi memang seperti itu, jadi kita harus siap-siap kita ada di level dikucilkan dunia. Saya enggak mau bilang sepak bola saja ya, tetapi berefek ke yang lain. Hal ini menyangkut reputasi kita,” ucap Arya.

Menyangkut ketertarikan Argentina dan Peru menjadi tuan rumah pengganti. Arya menyebut dirinya tak mau mencampuri urusan negara lain.

“Itu mereka, saya fokus hanya tentang nasib Indonesia. Dan berkaitan dengan pengajuan Peru atau Argentina masih masih jauh, itu kan pasti nantinya kan menunggu kesiapan mereka. Hal tersebut urusan FIFA, bukan urusan kita.”

Yang menyedihkan menurut pria yang menjabat sebagai staf ahli Menteri BUMN tersebut, adalah menyangkut proses renovasi infrastruktur.

“Persiapan terus berjalan, lapangan juga sudah diinspeksi, dan perkembangannya dinilai baik. Enam stadion kondisi bagus. Tapi kan itu teknisnya, ternyata ada hal lebih besar yang kita hadapi,” ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas