Dijanjikan Kerja di Thailand Malah Dikirim ke Myanmar, 30 TKI Ilegal Mengaku Disekap dan Disiksa
Kabar penyekapan dan penyiksaan ini terungkap menyusul rekaman video yang mereka buat dan berhasil mereka kirimkan pada keluarga
Editor: Hendra Gunawan
Salah satu orang tua TKI mengatakan, anaknya berangkat bekerja ke luar negeri pada Oktober 2022.
Saat itu, yang ia ketahui anaknya bekerja di Thailand dengan jenis pekerjaan yang baik.
Oleh karena itu ia sangat kaget dan khawatir begitu tahu bahwa anaknya berada di Myanmar. Tak hanya itu, anaknya juga bahkan kerap mendapat siksaan.
"Mereka disetrum, dipukul pakai kursi hingga berdarah. Jadi kami takut terhadap keselamatannya."
"Mereka juga dijanjikan mendapat makan sebanyak empat kali sehari serta mendapat fasilitas tempat tinggal secara gratis," ujarnya.
Namun, faktanya, para korban ditempatkan di tempat kerja yang jauh dari kata layak. Mereka dipaksa bekerja dari pukul delapan malam hingga hingga pukul satu siang untuk mencari kontak-kontak sasaran untuk ditipu melalui website atau aplikasi Crypto sesuai dengan target perusahaan.
"Apabila tidak terlaksana, maka para korban mendapatkan hukuman kekerasan fisik seperti push-up 50 sampai 200 kali, lari lima sampai 20 kali lapangan, squat jump 50 sampai 200 kali, hingga hukuman pemukulan dan penyetruman," ujar Hariyanto.
Tak hanya itu, para TKI juga tidak digaji. Bahkan harus menombok untuk membayar denda yang ditetapkan oleh perusahaan.
Selama bekerja, para TKI dijaga ketat oleh orang-orang bersenjata dan berseragam militer di area perusahaan.
Hariyanto mengatakan, para TKI ini sempat juga meminta perusahaan untuk segera memulangkan mereka ke Tanah Air.
Namun, pihak perusahaan memaksa korban untuk membayar denda sebanyak 75 ribu Yuan sehingga para korban terpaksa untuk tetap bekerja.
Salah seorang orang tua TKI mengatakan, anaknya berangkat bekerja ke luar negeri pada Oktober 2022. Saat itu, yang ia ketahui anaknya bekerja di Thailand dengan jenis pekerjaan yang baik.
Oleh karena itu ia sangat kaget dan khawatir begitu tahu bahwa anaknya berada di Myanmar. Tak hanya itu, anaknya juga bahkan kerap mendapat siksaan.
"Mereka disetrum, dipukul pakai kursi hingga berdarah. Jadi kami takut terhadap keselamatannya." (Tribun Jabar/handhika rahman)