Elektabilitas Ganjar Pranowo Turun, Batalnya Pildun U20 Disebut Pengaruhi Penilaian Masyarakat
Masyarakat berharap Ganjar Pranowo mempunyai independensi, namun ia bagian dari PDIP yang memilih mematuhi konstitusi menolak Israel di Pildun U-20
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Peneliti Litbang Kompas Toto Suryaningtyas menjelaskan soal anjloknya elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo setelah polemik penolakan tim Israel untuk mengukuti Piala Dunia U-20.
Seperti diketahui penolakan tersebut berujung pembatalan Indonesia jadi tuan rumah event internasional ini.
Menurut Toto, penolakan ini memang sangat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap Ganjar Pranowo.
"Jadi memang sangat berpengaruh (polemik ini dengan elektabilitas Ganjar)," ujar Toto dikutip dari Kompas Tv.
Masyarakat berharap Ganjar Pranowo mempunyai independensi.
Namun tidak bisa dipungkiri ia adalah bagian dari partai, di mana partainya PDI-Perjuangan kukuh memilih untuk mematuhi konstitusi dengan tidak membuat hubungan diplomatik dengan Israel.
Baca juga: Talkshow Overview Tribunnews 13 April 2023: Elektabilitas Ganjar Pasca-Polemik Piala Dunia U-20
"Jadi meskipun ini perintah partai sekalipun, netizen atau audience Kita itu tetap ingin melihat bahwa seorang Ganjar panu itu mempunya independensi.'
"Tapi ada juga netizen yang pengen bawa Ganjar pranowo itu seharusnya diam aja, kan (dia jadi) aman (dari penilaian negatif para pendukungnya)," lanjut Toto.
Ganjar juga ingin menunjukan sikap loyalitas terhadap partainya,
"Tetapi juga kita harus cek apakah loyalitas itu kongruen, ya istilahnya sama sebangun dengan harapan masyarakat."
"Jadi aspek-aspek yang sifatnya lebih praktis itu praktikel itu harusnya juga dipertimbangkan dan saya juga dugaan saya juga mungkin hal ini tidak tidak disangka, mungkin tadinya tidak akan separah ini," ujar Toto.
Fenomena inilah yang membuat Litbang Kompas melakukan survei yang sifatnya pendahuluan riset.
"Dari potret media sosial melalui aplikasi yang namanya talk worker, memang potretnya mungkin tidak terlalu komprehensif karena ada keterbatasan di sana-sini dan periodenya hanya sekitar satu minggu yang kami potret, sekitar 23-30 Maret 2023."
"Biasanya sebuah fenomena, kalau common sense dan juga spot cek saja, kita bisa melihat bahwa itu berpengaruh, sehingga kita bisa lihat bagaimana sekarang ini angka-angka menunjukkan pergerakan elektabilitas kemudian juga preferensi itu menjadi kacau balau," ujar Toto.
Baca juga: Survei LSI Kepercayaan Publik terhadap Lembaga Penegakan Hukum: Kejagung Stagnan, Kepolisian Turun