Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lengsernya Soeharto 25 Tahun Silam: Kerusuhan Mei 1998, Pidato Terakhir hingga Digantikan BJ Habibie

25 tahun silam, 21 Mei 1998, Soeharto resmi lengser sebagai Presiden. Lengsernya Soeharto ini melalui perjalanan panjang, termasuk kerusuhan Mei 1998.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Lengsernya Soeharto 25 Tahun Silam: Kerusuhan Mei 1998, Pidato Terakhir hingga Digantikan BJ Habibie
AGUS LOLONG / AFP FILES / AFP
File foto tertanggal 22 Mei 1998 ini menunjukkan mantan Presiden Indonesia Soeharto memberi hormat kepada para pengawal dan staf saat meninggalkan Istana Kepresidenan di Jakarta tak lama setelah mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei. 

Aksi demonstrasi mahasiswa yang menyuarakan reformasi terus berlanjut hingga pada 10 Maret 1998, Sidang Umum MPR menyatakan menerima pidato pertanggungjawaban Soeharto sebagai presiden periode 1993-1998.

Di saat yang sama, mahasiswa menggelar Sidang Umum Tandingan yang menyatakan menolak pidato pertanggungjawaban presiden.

Namun, Soeharto tetap menjadi presiden setelah MPR kembali memilihnya pada 11 Maret 1998.

Ini adalah periode ketujuh pemerintahannya, dan pada saat itu Soeharto didampingi BJ Habibie sebagai wakil presiden.

Seoharto kemudian mengumumkan Kabinet Pembangunan VII yang kemudian kembali menjadi sorotan.

Baca juga: Soroti Etika Jokowi Kumpulkan Ketum Parpol di Istana, Pengamat Singgung Beda Masa Soeharto dan SBY

Pasalnya, Soeharto memasukkan anak sulungnya, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), sebagai Menteri Sosial.

Soeharto juga 'mengajak' serta salah satu rekannya, Bob Hasan, menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan.

Berita Rekomendasi

Penolakan terhadap Soeharto terus terjadi hingga pada aksi unjuk rasa tanggal 12 Mei 1998, empat mahasiswa Universitas Trisaksi tewas dalam demonstrasi.

Keempat mahasiswa yang tewas tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Hertanto, dan Hendriawan Sie.

Akibatnya, kerusuhan massal pecah pada 13 Mei 1998 di sekitar kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.

Mendengar ada kerusuhan massal, Soeharto yang saat itu berada di Kairo, Mesir, menyatakan siap mundur secara konstitusional jika rakyat menghendaki.

Kerusuhan yang terjadi juga memaksa Soeharto pulang ke Indonesia lebih awal pada 14 Mei 1998.

Meski demikian, kerusuhan dan kekerasan massal masih terus terjadi di seluruh kota.

Di Jatinegara, Jakarta Timur, sebuah toko Matahari dibarikade dan dibakar, hingga mengakibatkan sekitar seribu orang tewas.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas