Lengsernya Soeharto 25 Tahun Silam: Kerusuhan Mei 1998, Pidato Terakhir hingga Digantikan BJ Habibie
25 tahun silam, 21 Mei 1998, Soeharto resmi lengser sebagai Presiden. Lengsernya Soeharto ini melalui perjalanan panjang, termasuk kerusuhan Mei 1998.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
Sementara di Glodok, Jakarta Barat, massa menyerang Pecinan Jakarta.
Kerusuhan juga terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara; Kota Tangerang, Banten; dan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan; dengan properti milik Tionghoa menjadi target utama.
Kerusuhan bahkan meluas hingga ke Kota Solo, Jawa Tengah.
Ribuan orang tewas selama kerusuhan karena terbakar di mal dan supermarket, namun ada juga yang ditembak dan dipukuli.
Gelombang unjuk rasa terus terjadi menuntut lengsernya Soeharto.
Baca juga: Benny K Harman Singgung Gerakan Pelengseran Era Soeharto saat Cecar Mahfud MD
Ribuan mahasiswa bahkan menduduki Kompleks DPR/MPR, Senayan untuk menyuarakan suara mereka, pada 18 Mei 1998.
Pada hari itu, Ketua MPR/DPR, Harmoko, menyampaikan hasil rapat pimpinan MPR yang meminta Soeharto mundur dari jabatannya secara arif dan bijaksana.
"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, Pimpinan Dewan, baik Ketua maupun Wakil-wakil Ketua, mengharapkan demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksa sebaiknya mengundurkan diri," kata Harmoko didampingi seluruh Wakil Ketua DPR/MPR, yaitu Ismail Hasan Metareum, Abdul Gafur, Fatimah Achmad, dan Syarwan Hamid, dikutip dari Harian Kompas yang terbit 19 Mei 1998.
Tetapi, tak berselang lama setelah pidato Harmoko tersebut, Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhakam)/Panglima ABRI, Jenderal TNI Wiranto, menyebut pernyataan Ketua DPR/MPR tersebut merupakan sikap dan pendapat individual karena tak dilakukan lewat mekanisme rapat DPR.
Mundurnya 14 Menteri Soeharto
Satu hari sebelum Soeharto lengser, yaitu 20 Mei 1998, 14 menteir mengundurkan diri karena menolak masuk Kabinet Reformasi, kabinet hasil reshuffle dari Kabinet Pembangunan VII..
Dilansir Serambi News, pengunduran diri 14 menteri ini berada di bawah koordinasi Ginandjar Kartasasmita.
Penolakan masuk ke Kabinet Reformasi ini berawal dari pertemuan ke-14 menteri di Gedung Bappenas pada pukul 14.30 WIB.
Menurut catatan Harian Kompas yang terbit 27 Mei 1998, dari pertemuan tersebut, 14 menteri menandatangani surat pengunduran diri.