Masyarakat Harus Beri Sanksi Produsen yang Tak Komit Atas Limbah Produknya
Produk plastik sebagai buah peradaban diproduksi untuk memudahkan kehidupan manusia namun sekarang menimbulkan persoalan berat
Penulis: Johnson Simanjuntak
Editor: Eko Sutriyanto
Dalam paparannya mengenai “Pengelolaan Sampah Plastik di Indonesia”, Novrizal mengungkapkan, potensi sampah plastik di Indonesia: 18.12 persen (Tahun 2022) dari total timbulan sampah 69.2 juta ton→12,54 juta ton/tahun (kondisi belum terpilah), namun potensi sebagai sumber saya cukup besar dengan penerapan ekonomi sirkular.
Baca juga: Timnas Indonesia Jelang FIFA Matchday: Sandy Walsh Berlatih Khusus Jadi Bek Kanan, Asnawi Tegusur?
Dikemukakan Novrizal, berdasarkan data SIPSN Tahun 2022, sampah plastik adalah jenis sampah yang persentasenya paling besar kedua setelah sampah sisa makanan, yaitu 18,12 persen. Sampah plastik tidak mudah terurai, butuh waktu hingga ratusan tahun untuk terurai secara alami.
“Jadi, perlu gerakan massif dan jika perlu revolusi budaya yakni gaya hidup minim sampah termasuk sampah plastik,” tandasnya.
Di depan alumni UI, mahasiswa dan pegiat lingkungan yang memenuhi auditorium, Novrizal menjelaskan berbagai kebijakan dan target Pemerintah dalam hal ini KLHK.
“Kami menyimpulkan bahwa sampai saat ini Pemerintah melakukan langkah simultan dalam pengurangan sampah, dari hulu sampai hilir, dengan berbagai pendekatan. Hasilnya sudah kita rasakan meski harus terus diterapkan kebijakan yang kolaboratif,” katanya.
Konsep Pembangunan
Sementara Wakil Walikota Depok yang juga alumni FTUI, Imam Budi Hartono mengungkapkan, konsep pembangunan yang diterapkan adalah konsep pembangunan untuk semua, baik bagi mahluk hidup maupun mahluk tak hidup, sebab semua itu saling berkaitan.
Disebutkan, wilayah Depok dengan penduduk sekitar 2 juta jiwa memang masih menghadapi kendala dalam penanganan dan pengelolaan sampah. Total sampah yang dihasilkan sekitar 1000 ton /per hari dengan dasar perhitungan setiap warga menghasilkan sampah 0,6 kg per hari.
Bank-bank sampah yang ada baru sebatas pengelola sampah yaitu memisahkan sampah organik (60 persen) dan non organik termasuk plastik, sekitar 40 persen. Di tengah itu masih ada residu yang perlu penanganan serius.
“Jika tidak ada komitmen bersama semua kalangan, maka masalah sampah tidak akan tuntas,” katanya.
Sedangkan peneliti BRIN yang juga dosen Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) UI, Dr. Sri Wahyono mengatakan, pertambahan produk plastik meningkat tajam dalam beberapa dekade ini.
Buah peradaban yang pada awalnya diproduksi untuk memudahkan kehidupan manusia, sekarang menimbulkan persoalan berat.
“Produksi plastik yang meningkat tajam itu menjadi malapetaka dan perhatian serius global ini karena kita tidak mampu mengolah dan menangani dampaknya yakni sampah plastik. Jumlah yang tertangani sekitar 22 persen dan itu jumlahnya sangat besar,” kata Sari Wahyono.