Pemkot Blitar Gelar Sarasehan dan Deklarasi Jaket Bung Karno, Dihadiri Kepala BPIP dan Kepala Daerah
Dengan ditetapkan sebagai arsip warisan dunia, naskah pidato Bung Karno tersebut menjadi milik warga dunia yang harus dilestarikan dan dilindungi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Surya Samsul Hadi
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi bersama sejumlah kepala daerah dan delegasi dari 22 kota atau kabupaten di Indonesia menghadiri welcome dinner yang diadakan Pemkot Blitar.
Mereka yang diundang welcome dinner merupakan delegasi peserta seminar Jaringan Kota Kabupaten Tapak Sejarah Bung Karno atau Jaket Bung Karno di Balai Kusumo Wicitro, Kota Blitar, Senin (19/6/2023).
Wali Kota Blitar Santoso mengatakan, pelaksanaan Jaket Bung Karno bertepatan dengan momen Bulan Bung Karno yang diperingati tiap bulan Juni di Kota Blitar.
Ada tiga momen penting di bulan Juni, yaitu, 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan Bung Karno merupakan salah satu penggali Pancasila.
Lalu, pada 1 Juni 2016, Presiden Joko Widodo bersama seluruh kabinet hadir di Alun-Alun Kota Blitar mengikuti peringatan Hari Lahir Pancasila.
Presiden Joko Widodo melalui Perpres Nomor 24 Tahun 2016 menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.
Baca juga: Megawati Ingin Peserta Puncak Bulan Bung Karno Jaga Disiplin
Kemudian pada 6 Juni diperingati sebagai hari lahir Bung Karno dan 21 Juni merupakan hari wafat Bung Karno atau dikenal dengan Haul Bung Karno di Kota Blitar.
"Selama sebulan penuh pada bulan Juni, di Kota Blitar diadakan berbagai kegiatan untuk memperingati Bulan Bung Karno," kata Santoso.
Santoso mengatakan ada tiga alasan Pemkot Blitar melaksanakan sarasehan dan deklarasi Jaket Bung Karno.
Alasan pertama, Bung Karno sebagai Proklamator, Presiden pertama RI, penyambung lidah rakyat dan pemimpin besar revolusi adalah milik bangsa Indonesia.
Bung Karno memang dimakamkan di Kota Blitar, tapi jejak sejarah perjuangan Bung Karno ada di banyak daerah.
Bung Karno lahir di Surabaya, Bung Karno sekolah di Jombang, Mojokerto, Sidoarjo dan Tulungagung.
Bung Karno pernah kuliah di Bandung dan pernah diasingkan di Bengkulu.
Bung Karno juga menemukan inspirasi lahirnya Pancasila di saat menjalani pembuangannya di Ende, Flores dan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
"Sejarah perjuangan Bung Karno ini punya makna yang mendalam bagi sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dan perlu diketahui generasi penerus bangsa seperti pesan beliau jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah," ujar Santoso.
Baca juga: Spiritualitas Kemanusiaan Bung Karno
Alasan kedua, pemikiran Bung Karno sudah terbukti dan teruji serta diakui dunia, contoh terakhir pidato Bung Karno di sidang PBB pada 1960.
Pada Mei 2023 lalu, pidato Bung Karno di PBB itu ditetapkan dalam sidang eksekutif Unesco sebagai arsip warisan dunia.
Dengan ditetapkan sebagai arsip warisan dunia, naskah pidato Bung Karno tersebut menjadi milik warga dunia yang harus dilestarikan dan dilindungi.
"Itu salah satu contoh pemikiran Bung Karno yang diakui dunia internasional. Pemikiran Bung Karno masih relevan untuk dipelajari dan diteruskan oleh penerus bangsa," katanya.
Alasan ketiga, pada tempat-tempat sejarah di Indonesia yang terkait dengan Bung Karno.
Sejumlah tempat itu perlu dipastikan agar tetap aman, bersih, terawat dan tidak jatuh pada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Bahkan, jika memenuhi persyaratan, sejumlah tempat itu perlu diusulkan menjadi cagar budaya.
"Komitmen untuk menyambung tapak sejarah, merawat tempat-tempat sejarah Bung Karno dan meneruskan ajaran Bung Karno itulah yang mendorong kami untuk mengajak para bupati dan wali kota di berbagai daerah hadir di Kota Blitar sekaligus besok akan dilakukan Deklarasi Jaket Bung Karno," katanya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Ketua BPIP dan Delegasi 22 Kota/Kabupaten Ikuti Welcome Dinner Jaket Bung Karno di Kota Blitar