Soroti Kasus Inses, Kepala BKKBN: Jauhi Zina Karena Kalau Sudah Dekat Tidak Bisa Setop
dirinya pun mengimbau supaya setiap keluarga bisa menjaga anggota keluarga lainnya agar hal tersebut tidak terjadi.
Penulis: Fahmi Ramadhan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahmi Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo buka suara terkait kasus inses atau hubungan sedarah yang terjadi belakangan ini di dua wilayah yakni Bukittinggi, Sumatera Barat dan Banyumas, Jawa Tengah.
"Emosional seksnya lelaki itu dari mata, kalau perempuan tidak lebih dari mata tapi dari sentuhan, rabaan," katanya usai hadiri acara Apresiasi dan Penghargaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023 di Hotel Wyndham, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (4/7/2023).
Baca juga: Kepala BKKBN Sebut Angka Harapan Hidup Laki-laki Lebih Rendah Ketimbang Perempuan
"Nasihatnya sih, jangan mendekati zina karena begitu sudah dekat tidak bisa disetop," sambungnya.
Lanjutnya, mereka yang melakukan perbuatan inses, menurut Hasto sebagian besar lantaran terpapar oleh hal-hal yang sifatnya memancing dan terpancing.
Hasto pun kembali menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki secara biologis memiliki emosional seks yang berbeda.
Oleh sebabnya, dirinya pun mengimbau supaya setiap keluarga bisa menjaga anggota keluarga lainnya agar hal tersebut tidak terjadi.
Baca juga: Polisi Lanjutkan Pencarian Kerangka Ketujuh Bayi Hasil Inses Ayah dan Anak di Purwokerto
"Dalam keluarga, marilah kita amankan agar yang perempuan-perempuan dalam keluarga meskipun itu masih sekeluarga, menutup bagian yang membuat emosional seksnya naik itu tetap dilakukan," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, dilansir Kompas.com, Senin (26/6/2023), diketahui bahwa inses antara ayah dan anak di Banyumas telah berlangsung sejak 2013 atau selama 10 tahun.
Dari hubungan inses antara tersangka R (57) dan anaknya E (26), telah dilahirkan tujuh orang anak dan seluruhnya dibunuh.
Kasat Reskrim Polresta Banyumas Kompol Agus Supriadi mengatakan, penguburan ketujuh bayi dilakukan mulai 2013-2021.