Utamakan Keselamatan Pilot Susi Air dan Warga, Panglima TNI Percayakan Negosiasi ke Pj Bupati Nduga
Panglima TNI utamakan keselamatan Pilot Susi Air asal Selandia Baru Phillip Mark Mehrtens yang disandera KKB dia serahkan negosiasi ke Pj Bupati Nduga
Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan pihaknya tetap mengutamakan keselamatan Pilot Susi Air asal Selandia Baru Phillip Mark Mehrtens yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua dan masyarakat sekitar.
Untuk itu, ia menyerahkan proses negosiasi pembebasan Phillip kepada Pj Bupati Nduga.
Yudo mengatakan Mabes TNI, Pangdam XVII Cenderawasih, dan Pangkogabwilhan III saat ini tengah memantau proses negosiasi yang dilakukan PJ Bupati Nduga tersebut.
Baca juga: Bicara Nasib Pilot Susi Air usai Ancaman akan Ditembak, Polda Papua: Masih Proses Nego Uang Tebusan
Hal tersebut disampaikan Yudo usai menyampaikan laporan kepada Ma'ruf di Istana Wakil Presiden Jakarta pada Selasa (4/7/2023).
"Kami tetap mengutamakan keselamatan pilot maupun masyarakat di sekitar itu, jangan sampai menjadi korban. Sehingga kita tetap ajukan negosiasi yang damai. Sehingga situasi sekarang, kami, Pangdam, Pangkogabwilhan III monitor yang dilaksanakan PJ Bupati Nduga ini," kata Yudo dikutip dari kanal Youtibe Wakil Presiden Republik Indonesia pada Rabu (5/7/2023).
Yudo mengatakan, pada Selasa (4/7/2023) Pj Bupati Nduga terpantau sedang berada di Wamena untuk menyiapkan pesawat.
Ia mengatakan pesawat-pesawat yang ada di sana khawatir untuk menuju ke daerah yang telah ditentukan atau disepakati terkait negosiasi pemerintah daerah dengan KKB di sana.
"Karena belum percaya tadi, untuk mengangkut atau menegosiasi tadi. Sehingga kita masih menunggu, kita percayakan PJ Bupati Nduga untuk melaksanakan negosiasi," kata Yudo.
Yudo sendiri mengaku belum mengetahui KKB meminta tebusan Rp5 miliar untuk negosiasi tersebut.
Namun demikian, menurutnya keselamatan nyawa manusia khususnya Phillip dan warga sekitar tetap harus diutamakan.
"Kita belum tahu itu (jumlah uang tebudan Rp5 miliar). Tapi yang jelas, untuk damai dan kemanusiaan, apalagi menyangkut manusia tadi, pilot maupun masyarakat setempat, artinya semahal apapun tidak sebanding dengan keselamatan nyawa," kata dia.