Menteri PPPA: Perempuan dan Anak Rentan Alami Kekerasan Berbasis Gender
Ia mengungkapkan jika perempuan dan anak perempuan rentan menjadi korban kekerasan gender pada kondisi konflik.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan ASEAN tidak boleh meninggalkan para perempuan agenda perdamaian dan keamanan.
Ia mengungkapkan jika perempuan dan anak perempuan rentan menjadi korban kekerasan gender pada kondisi konflik.
Baca juga: Menteri PPPA Nilai Pentingnya Pengarusutamaan Gender dalam Berbagai Pembangunan dan Lintas Sektor
Hal ini disampaikan Bintang pada pembukaan KTT Perdamaian dan Keamanan Perempuan ASEAN (ASEAN WPS Summit: High Level Dialogue).
“Mereka (perempuan dan anak) lebih rentan terhadap Kekerasan Berbasis Gender (KBG) yang diperparah oleh konflik," ungkapnya di Yogyakarta, Jumat (7/7/2023).
Selain itu, kata Bintang ketika sumber daya langka, perempuan dan anak menjadi kelompok pertama yang kelaparan, dikeluarkan dari sekolah, dan terluka tanpa perawatan kesehatan yang layak.
Baca juga: Bertemu Putri Ariani, Menteri PPPA: Inspirasi Anak Indonesia Meraih Cita-Cita di Tengah Keterbatasan
Oleh karena itu, Bintang menegaskan bahwa Indonesia telah memilih tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth"
Yang melambangkan komitmen untuk meningkatkan signifikansi dan relevansi ASEAN di kawasan maupun di panggung global.
Yaitu memajukan implementasi rencana aksi regional tentang perempuan, perdamaian, dan keamanan.
Dalam kesempatan yang sama, Bintang menegaskan jika perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata.
Khususnya dalam upaya pencegahan konflik karena perempuan memiliki kepekaan khusus untuk membangun rekonsiliasi.
Menurutnya, dalam pencegahan konflik, negosiasi perdamaian, dan rekonstruksi pasca-konflik, perempuan kerap dipandang lemah dan diremehkan.
"Padahal, perempuan adalah aktivis perdamaian yang kuat dan negosiator yang mumpuni. Kepekaan alami perempuan membangun rasa saling menghormati dan inklusivitas di antara berbagai kelompok," papar Bintang.
Perempuan kata Bintang membawa perspektif, pengalaman, dan keterampilan unik.
Selain itu seringkali pendekatan perdamaian berfokus pada penyembuhan dan rekonsiliasi komunitas.