Potensi Duet Golkar dengan Ganjar di Pilpres 2024, Waketum: Sayang Bapak Airlangga Tidak Genit
Partai Golkar Nurul Arifin menyampaikan, ketua umum partainya, Airlangga Hartarto berpotensi menjadi cawapres pendamping Ganjar Pranowo
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar Nurul Arifin menyampaikan, ketua umum partainya, Airlangga Hartarto berpotensi menjadi cawapres pendamping Ganjar Pranowo, di Pilpres 2024.
Nurul menilai, Airlangga cocok berduet dengan Bacapres PDIP Ganjar Pranowo.
Hal itu, jelasnya, karena Ketua Umum Partai Golkar itu memiliki kapabilitas yang kuat dalam mendesain perekonomian.
Meski demikian, Nurul mengatakan, ia menyayangkan sikap Airlangga yang tidak genit, sehingga tidak begitu memperlihatkan hasil kerjanya.
Terlebih, Nurul melanjutkan, Airlangga memang merupakan sosok seorang pekerja, yang tidak menunjukkan gimmick.
"Kalau sampai hari ini orang kita tidak menyadari juga bahwa kekuatan Bapak Airlangga Hartarto adalah kekuatan untuk mendesain ekonomi dan tidak membuat Indonesia masuk jurang krisis pada saat ini, yang dilakukan bisa dirasakan," kata Nurul, melalui paparannya dalam acara bertajuk Potensi Penyebaram Misinformasi dalam Pemilu 2024, di Jakarta, Rabu (12/7/2023).
"Sayangnya, Pak Airlangga tidak genit. Jadi apa yang dikaryakan beliau kurang menggigit. Karena orangnya seperti itu, karena tidak mementingkan gimmicknya, dia lebih suka pekerja. Kita tanyakan pada teman-teman yang dekat sekali, 'oh dia sangat pekerja sekali'," ungkapnya.
Padahal, menurut Nurul, pemimpin bukanlah sosok yang 'diinginkan' masyarakat, tapi sosok yang saat ini 'dibutuhkan'.
Saat menyampaikan hal tersebut, Nurul kemudian menyinggung kemampuan Airlangga yang sebetulnya dibutuhkan oleh Ganjar Pranowo.
"Misalnya jika yang dibutuhkan Mas Ganjar itu desain ekonomi, yang harusnya dengan Pak Airlangga Hartarto," ujar Nurul.
Lebih lanjut, Nurul mengaku optimis jika Airlangga Hartarto maju di Pilpres 2024.
"Saya merasa optimis kalau nanti debat-debat politik yang selalu kita tunggu pada pesta Pilpres itu, kan akan menarik perhatian publik ya. Nah saat itu justru ketahuan pinternya di mana, terus mungkin visioner enggak, menarik (menurut) saya sih di situ," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA temukan dua alasan hadirnya nama Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai kandidat kuat untuk dilirik menjadi calon wakil presiden 2024.
Peneliti LSI, Hanggoro Doso Pamungkas mengatakan, ada dua alasan yang membuat Airlangga jadi kandidat kuat cawapres 2024.
Pertama, Airlangga merupakan ketua umum partai politik. Posisi ketum parpol dinilai bisa menyokong elektabilitas calon presiden melalui mesin politiknya. Bahkan, partai yang dipimpin Airlangga merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia, yakni Golkar.
Baca juga: Peneliti LSI Sebut Ada 2 Alasan Kuat Munculnya Airlangga sebagai Kandidat Cawapres 2024
Kedua, Airlangga juga terbukti memiliki kinerja mumpuni di bidang perekonomian. Menurut Hanggoro, hal ini sudah dibuktikan Airlangga setelah ditunjuk Presiden Jokowi untuk menakhodai Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam menyelesaikan hantaman pandemi Covid-19.
Dia menilai, Airlangga juga sukses menjaga dibeberapa sektor perekonomian Indonesia, salah satunya menjalankan stabilitas pembangunan di tengah krisis ekonomi global.
"Selain memiliki partai, Airlangga Hartarto menjabat Menteri Koordinator Ekonomi, sangat kompeten soal isu-isu ekonomi," kata Hanggoro, dikutip Senin (8/7/2023).
Ia menambahkan, selain nama Airlangga, sosok kandidat cawapres kuat lainnya adalah anak buah Menko Airlangga Hartarto, Erick Thohir.
Ia saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN. Hanggoro mengatakan, Erick juga kompeten dalam isu ekonomi.
"Bukan hanya Airlangga saja, tapi Erick Thohir juga dianggap cukup kompeten karena yang bersangkutan pengusaha dan menjabat sebagai menteri (Menteri BUMN) yang dianggap cukup berpengalaman dalam isu ekonomi," tuturnya.
LSI Denny JA juga melakukan survei tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh penjuru Indonesia.