Cerita Detektif Perselingkuhan di Jakarta, Punya Agen yang Menyamar Jadi PSK, ODGJ hingga Pedagang
Berpusat di Jakarta, bisnis perseorangan tersebut kini memiliki 400 agen penyelidikan penuh dan paruh waktu di seluruh kota Indonesia dan luar negeri.
Editor: Hasanudin Aco
Puluhan tahun menjalani pekerjaannya, ia mengaku merasa "muak" karena harus menyaksikan kenyataan orang-orang yang sudah "bersumpah di hadapan Tuhan dan negara membuat suatu ikatan pernikahan" melanggar janji tersebut.
Terutama bila hal tersebut dilakukan oleh pasangan klien yang adalah figur publik, mulai dari politikus, artis, hingga tokoh agama.
"Yang bikin saya muak itu ketika menyelidiki orang yang di luar dugaan, yang dipuja oleh sejumlah rakyat Indonesia," katanya.
"Semacam, Anda kagum sama seseorang, ibaratnya enggak mungkin [melakukan hal yang tidak senonoh], ternyata berbuat sesuatu yang Anda sendiri enggak percaya.
"Dan itu bukan sekali saya lihat, tetapi puluhan orang."
Bukti untuk pengadilan
Agen detektif perselingkuhan lain yang menggunakan nama samaran Angel mengatakan bahwa kasus perselingkuhan semakin banyak sejak berkembangnya teknologi internet dan media sosial.
"Tingkat perselingkuhan semakin tinggi karena media sosial," kata pemilik bisnis Detektif Angel yang sudah beroperasi sejak 2003 tersebut.
"Semakin banyak celah untuk mereka berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal."
Angel mengatakan kebanyakan kliennya memakai bukti perselingkuhan berupa foto atau pun video yang disediakan perusahaannya untuk bukti di pengadilan.
"Karena memang bukti konkret itu [dipakai] untuk harta gono-gini, untuk hak asuh anak, untuk persidangan ketika diminta," katanya.
"Karena mereka ibaratnya mau perang tapi mau ada bukti, dan tanpa bukti, itu sama saja seperti fitnah."
Untuk mengumpulkan bukti ini, Angel memakai agen di lapangan yang menurutnya jumlahnya sudah mencapai 650 orang dan sudah mengikuti pelatihan.
Menurutnya, agen lapangan juga "harus cerdas dan cepat beradaptasi."
"Ada pelatihannya, cara mengambil gambar seperti apa supaya tidak mencolok dan menarik orang lain untuk melihat, ada trik-triknya," kata Angel.
"Mereka harus multifungsi, bisa jadi apapun dan mau mengikuti instruksi yang saya arahkan, ibaratnya mau jadi apapun, jadi pedagang, ODGJ, PSK, harus dijalankan."
Pekerjaan yang bisa menghasilkan pendapatan hingga minimal 50 juta rupiah tersebut tentunya bukan tanpa risiko.
"Tantangannya ya memang kalau misalkan kita mengikuti [target] yang memiliki ajudan. Itu tingkat kesulitannya besar, karena risikonya taruhannya pasti nyawa," katanya.
Menurutnya, detektif swasta diperlukan untuk menangani kasus ranah pribadi, yang "tidak bisa dikerjakan oleh pihak berwajib."
"[Para klien] membutuhkan orang yang bisa dipercaya dengan masalah pribadi mereka tanpa orang lain tahu," katanya.
"Makanya [jasa kami dibutuhkan untuk] kasus masalah rumah tangga, atau misalnya mereka punya masalah rumah tangga selain perselingkuhan yang mereka takut mencolok.
"Misalnya aib keluarga tercium, kan mereka malu."
Intuisi dan kemandirian perempuan
Meski akhir cerita Mila dan Astuti berbeda, keduanya punya pesan yang senada.
"Intuisi perempuan, apalagi seorang istri, itu enggak pernah salah. Jadi kalau kamu baca gelagat [aneh] sejak awal, langsung tanya, jangan dibiarin siapa tahu suami kita masih ketolong, mungkin khilaf atau masih pada tahap perempuannya yang menggoda", ujar Mila.
"Percaya saja enggak cukup, kita juga harus melakukan sesuatu, jangan seperti aku yang kecolongan [perselingkuhan] dari 2011 baru ketahuan 2014 karena aku mungkin mengabaikan insting padahal seharusnya aku perhatikan," tambah Astuti.
Selain soal intuisi, Mila juga mengatakan saat ini ia berusaha mandiri secara finansial.
"Jadi kalau sampai kejadian lagi, setidaknya saya sudah siap secara finansial."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.