Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Malam 1 Suro dan Asal-usul Istilah Suro dalam Penyebutan Bulan Muharram

Sejarah Malam 1 Suro dan asal-usul istilah Suro dalam penyebutan bulan Muharram. Sejumlah masyarakat Jawa percaya Malam 1 Suro adalah malam sakral.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Sejarah Malam 1 Suro dan Asal-usul Istilah Suro dalam Penyebutan Bulan Muharram
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
KIRAB PUSAKA. Sejumlah keluarga dan abdi dalem Pura Mangkunegaran melakukan kirab pusaka mengelilingi benteng di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (06/12/2010). Kirab tersebut diadakan untuk memperingati malam 1 Suro tahun baru penanggalan jawa atau 1 Muharam 1432 Hijriah. - Berikut ini sejarah malam 1 suro. 

Tanggal 10 bulan Muharram bagi masyarakat Islam memiliki arti yang sangat penting.

Memang dasar-dasarnya tidak begitu sahih atau kuat, namun itu telah menjadi tradisi bagi masyarakat muslim.

Karena pentingnya tanggal itu, oleh masyarakat Islam Indonesia, Jawa utamanya, tanggal itu akhirnya menjadi lebih terkenal dibanding nama bulan Muharram itu sendiri.

Yang lebih populer adalah Asyura, dan dalam lidah Jawa menjadi "Suro".

Jadilah kata "Suro" sebagai khazanah Islam-Jawa asli sebagai nama bulan pertama kalender Islam maupun Jawa.

KIRAB PUSAKA. Sejumlah keluarga dan abdi dalem Pura Mangkunegaran melakukan kirab pusaka mengelilingi benteng di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (06/12/2010). Kirab tersebut diadakan untuk memperingati malam 1 Suro tahun baru penanggalan jawa atau 1 Muharam 1432 Hijriyah.
KIRAB PUSAKA. Sejumlah keluarga dan abdi dalem Pura Mangkunegaran melakukan kirab pusaka mengelilingi benteng di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (06/12/2010). Kirab tersebut diadakan untuk memperingati malam 1 Suro tahun baru penanggalan jawa atau 1 Muharam 1432 Hijriyah. (TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI)

Baca juga: Apa Itu Malam 1 Suro? Simak Sejarah dan Makna dari Peringatan Malam 1 Suro

Dalam pandangan masyarakat Kejawen, mereka cenderung menghindari melakukan perayaan seperti hajatan pernikahan pada bulan Muharram.

Hal ini karena masyarakat Islam-Jawa memiliki anggapan, bulan Suro atau Muharram merupakan bulan yang paling agung dan termulia, sebagai bulan (milik) Gusti Allah.

Berita Rekomendasi

Karena terlalu mulianya bulan Suro ini, maka dipercayai hamba atau manusia "tidak kuat" atau memandang "terlalu lemah" untuk menyelenggarakan hajatan pada bulan Allah itu, seperti yang dijelaskan di buku Misteri bulan Suro: perspektif Islam Jawa oleh Muhammad Sholikhin.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)(TribunJogja/Rina Eviana)

Artikel lain terkait Sejarah Malam 1 Suro

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas