Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah 1 Muharram 1445 H, Bulan Hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah

Sejarah 1 Muharram 1445 Hijriah, bulan pembuka dalam penanggalan Tahun Baru Islam, bulan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Sejarah 1 Muharram 1445 H, Bulan Hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah
pngtree
Ilustrasi 1 Muharram 1445 Hijirah - Sejarah 1 Muharram 1445 Hijriah, bulan pembuka dalam penanggalan Tahun Baru Islam, bulan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. 

Maka itulah sebabnya Muharram dipilih serta disepakati menjadi bulan pembuka dalam tahun Hijriyah.

Hingga kemudian sampai saat ini umat Islam sangat memuliakan 1 Muharram sebagai tahun baru Islam.

Baca juga: Bacaan Doa Akhir Tahun Jelang 1 Muharram 1445 Hijriah

Amalan Bulan Muharram 1445 H

Pada bulan Muharram ini umat Islam dilarang untuk melakukan perbuatan dzalim.

Dilarangnya tumpah darah pada bulan ini merupakan hukum adat masyarakat Arab Jahiliyah yang tak tertulis serta berlaku sejak lama.

Penjelasan mengenai Muharram sebagai bulan mulia tersirat dalam firman Allah surah at-Taubah: 36.

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ…

Berita Rekomendasi

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram…..”

Adapun empat bulan haram (mulia) sebagaimana yang dijelaskan oleh at-Thabari dalam tafsirnya yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Selain keutamaan dari bulan Muharram tersebut, umat Islam juga dapat memperbanyak amalan pada bulan mulia ini.

1. Puasa Tasua dan Asyura

Dalam riwayat dijelaskan di akhir hayatnya Rasulullah pernah berkeinginan jika ia masih hidup di tahun depan maka ia akan berpuasa pada 9 dan 10 Muharrram.

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – يَقُولُ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ, قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: (( فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ.)) قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.”

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas