Berkolaborasi dengan Indopol, Centra Initiative Sampaikan Laporan Survei Keamanan Lingkungan
Survei ini dilakukan pada periode 5 sampai 11Juni 2023 terhadap 1280 Responden di 38 Provinsi.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
Penyebab kondisi sungai buruk karena banyak sampah (kantong plastik, botol, dll) (64,63%). Tercemar limbah kimia dari pabrik (14,63%) yang menyebabkan kondisi sungai rusak. Semakin sempit akibat pemukiman dan rusak akibat adanya aktivitas pertambangan liar (7,93%). Dan penyebab lainnya (4,88%).
Terkait dengan ini, CENTRA Initiative menghitung rata-rata dari setiap dimensi dan indikator ke dalam Indeks Keamanan Lingkungan dengan capaian tertinggi adalah Kepulauan Riau (89.00) dan Maluku adalah yang terendah (42.00).
Menanggapi hasil survei ini, Kepala Bidang Kajian WALHI Puspa Dewy mengatakan, bahwa hasil survei ini bisa menjadi pegangan dalam pengambilan kebijakan untuk menjadikan lingkungan hidup di Indonesia lebih baik.
Untuk itu, survei ini perlu ditinjau secara lebih utuh dengan data dan informasi lain.
Hal ini tergambar dari polusi asap, di Jambi masyarakatnya menyampaikan 100 persen karena mungkin kasus pembakaran hutan. Atau misalnya Riau karena pengelolaan sampah.
Dewy juga menyampaikan, polusi udara punya implikasi terhadap penghidupan manusia, terhadap pernafasan, terhadap mobilitas, terhadap sumber daya ekonomi dan pendapatan.
Keamanan lingkungan akhirnya terkait dengan krisis, ketika keamanan lingkungan tidak dilindungi, maka krisis akan terjadi.
"Dalam hal ini, keamanan lingkungan juga dimaknai pembangunan hari ini berorientasi pada kehidupan dan sumber kehidupan yang terkait dengan lingkungan dan sumber daya alamnya," ujarnya.
Di sisi yang lain, Dewy melanjutkan, penguasaan sumber daya alam di Indonesia erat kaitannya dengan lingkungan, berkaitan dengan industri ekstraktif.
Sebanyak 53 juta hektare yang diberikan pengelolaannya, sebagian besar untuk korporasi, terutama untuk tambang dan sawit. Tidak kurang dari 50% dari luas daratan Indonesia diperuntukkan untuk izin tambang.
Hal ini terkait dengan bencana iklim yang sering terjadi. Situasi-situasi ini memberikan dampak yang cukup serius pada intensitas bencana yang semakin menguat dan bahkan dampaknya. Pada 2022, misalnya, lebih dari 2000 kejadian bencana dan yang meninggal sekitar 897, 5 juta pengungsi.
Belum lagi naiknya permukaan laut menjadi perhatian karena naiknya air laut.
Terkait dengan Pemilu 2024 dan lingkungan, faktanya di 2018 ada banyak izin yang muncul setahun menjelang Pemilu 2019. Izinnya terjadi pada 2019 dan bencana justru terjadi pada masa berikutnya.
"Politisi harus berfikir secara serius tentang lingkungan kita. Bila tidak, slogan yang ada mau hancur serentak atau selamat serentak, akan relevan bila memang para politisi tetap berada pada jangkar politik pragmatis dan kepentingan," tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.