Asosiasi Kratom AS Berharap Kemenkes RI Dukung Petani Purik Indonesia
Pertemuan itu merupakan rangkaian US-Indonesia Kratom Trade and Health Summit 2023, sekaligus membahas langkah pemerintah Indonesia terkait kratom.
Penulis: Reza Deni
Editor: Dewi Agustina
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petani kratom yang tergabung di dalam Asosiasi Petani Purik Indonesia (Appuri) bersama delegasi dari asosisasi kratom Amerika Serikat, menemui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Pertemuan tersebut merupakan rangkaian US-Indonesia Kratom Trade and Health Summit 2023, sekaligus membahas langkah pemerintah Indonesia terkait kratom.
Kratom atau dikenal juga dengan nama Biek atau Ketum adalah sejenis tumbuhan dari famili Rubiaceae yang banyak terdapat di Afrika, di bagian utara dan tengah Semenanjung Malaysia serta di selatan Thailand.
Di Thailand, tumbuhan ini disebut Kakuam, Ithang atau Thom.
Baca juga: Mengenal Kratom, Tumbuhan Asli Asia Tenggara yang Daunnya Mengandung Banyak Senyawa Kimia
Kratom mempunyai zat opioid dan berakibat seperti obat perangsang.
Charles McClain Haddow, Senior Fellow on Public Policy American Kratom Association, mengatakan, pertemuan dengan Menteri Kesehatan tersebut, membuka informasi lebih besar tentang kratom, sehingga pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat lebih mengetahui manfaat kratom bagi kesehatan.
"Manfaat dari kratom akan menjangkau lebih banyak orang lagi. Dan ini juga membuka saluran komunikasi dengan sains. Selain itu ini juga penting untuk ekonomi, terutama petani kratom di Indonesia dan warga Amerika Serikat sebagai pengguna produknya," kata McClain kepada wartawan di Kemenkes RI, dikutip Selasa (25/7/2023).
McClain berharap, Kementerian Kesehatan bisa membantu dan menerima pesan ini.
"Kami optimistis ilmu pengetahuan akan konsiten, membuktikan bahwa kratom tidak berbahaya bagi kesehatan, dan bukan sesuatu yang adiktif, dan memiliki banyak benefit untuk masyarakat Amerika dan belahan dunia lainnya," kata dia.
Sementara itu, Ibrahim selalu Ketua Appuri, berharap, Kemenkes dapat mengatur tentang tanaman kratom, karena manfaatnya sangat besar bagi masyarakat dan pemasukan devisa bagi negara.
Terlebih, permintaan kratom di dunia saat ini mencapai 2.000 hingga 3.000 ton per bulan.
"Kami berharap Indonesia tetap menjadi pemasok utama kratom untuk pasar dunia, dan Kemenkes bisa mendorong hilirisasi produk kratom, sehingga menaikkan nilai ekonomis komoditi ini," kata dia
"Kami berharap pemerintah Indonesia tidak menggolongkan kratom sebagai zat psikotropika," tandasnya.