10 Fakta Hari Raya Galungan dan Kuningan Umat Hindu di Bali
Umat Hindu menjadikan momentum Hari Raya Galungan sebagai hari kemenangan Dharma melawan Adharma.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Whiesa Daniswara
Keunikan hari suci ini dapat membuat para wisatawan berbondong-bondong datang ke Bali.
Sehingga Bali tidak hanya diminati karena keindahan alamnya saja, melainkan juga karena kebudayaan dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Bali.
10. Tradisi Gerebeg Mekotek di Desa Adat Munggu
Dikenal sebagai tradisi penolak bala, Grebek Mekotek merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Hindu di Desa Adat Munggu pada Hari Raya Kuningan, atau 10 hari setelah Hari Raya Galungan.
Dulunya tradisi Mekotek dijadikan sebagai acara penyambutan pasukan Kerajaan Mengwi yang menang perang melawan Kerajaan Blambangan.
Pada zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1915, tradisi Mekotek sempat dihentikan karena pihak kolonial takut akan ada pemberontakan.
Sayangnya, keputusan itu tidak berbuah baik, karena penduduk terkena wabah penyakit, sehingga akhirnya setelah melalui perundingan yang alot, Mekotek diizinkan untuk digelar kembali.
Tradisi Mekotek dilakukan dengan kayu sepanjang 2,5 meter yang telah dikupas kulitnya.
Masyarakat yang mengikuti tradisi Mekotek akan dibagi menjadi beberapa kelompok.
Kemudian, dari anggota kelompok, akan dipilih orang yang berani sebagai komando untuk memberi aba-aba dari atas puncak piramida tumpukan kayu.
(Tribunnews.com, Widya)(Tribun-Bali, Ratu Ayu Asri Desiani)