Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rhenald Kasali: Dungu dan Jongos Adalah Diksi Penjajah, Saya Heran Masih Ada yang Menggunakannya

Rhenald Kasali mengatakan, perlu diingat, seseorang harus mampu membedakan kapan dia berbicara di ruang privat dan kapan berucap di ruang publik.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Rhenald Kasali: Dungu dan Jongos Adalah Diksi Penjajah, Saya Heran Masih Ada yang Menggunakannya
Tangkap Layar Youtube
Rhenald Kasali berbicara soal pentingnya memilih diksi dalam berbicara di ruang publik. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi Universitas Indonesia Prof Rhenald Kasali Ph.D mengingatkan pentingnya memilih kata, diksi, dan pernyataan saat berbicara di ruang publik.

Rhenald Kasali mengatakan, perlu diingat, seseorang harus mampu membedakan kapan dia berbicara di ruang privat dan kapan berucap di ruang publik.

"Perlu diingat, apa yang Andu ucapkan di ruang publik akan menimbulkan apa yang tidak pernah Anda duga sebelumnya," kata Rhenald Channel Youtube Rhenald Kasali (2/8) berjudul "Kita harus buat gara-gara," katanya. Yang Terjadi Huru-hara".

Rhenald kemudian mencontohkan diksi yang sedang viral yakni bajing*n yang t*lo*.

Seperti diketahui diksi tersebut diucapkan pengamat politik Rocky Gerung saat mengkritik Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Boleh saja Anda menggunakan di toilet atau di tempat tersembunyi. Tapi jika Anda menggunakannya di percakapan publik, Anda harus bisa mempertanggungjawabkan ucapan tersebut."

"Ingat, ketika Anda memiliki banyak pengikut, banyak yang mengundang Anda, bukan berarti Anda orang yang dikagumi. Mungkin mereka hanya membutuhkan Anda untuk menjatuhkan orang lain."

Berita Rekomendasi

Terkait hal itu, Rhenald memberikan sembilan tips tentang bahasa keadaban.

"Sekali lagi, bahasa keadaban ini kita gunakan dalam ruang publik, bukan ruang private Anda sehari-hari."

Berikut sembilan tips dari Rhenald Kasali.

  1. "Ruang publik dan ruang private jelas beda. Anda harus bisa bedakan dalam memilih kata."
  2. "Bedakan ilmu dan hasutan. Dengan ilmu Anda bicara berdasarkan data dan fakta yang kebenarannya tervalidasi," terang dia. "Tapi jika Anda menghasutan. Anda bicara emosi di ruang publik untuk mencari pembenaran bukan kebenaran."
  3. Sensitif pada kehormatan orang lain. Ingat, kehormatan dihadapan publik sama bagi semua orang, "Apakah dia tukang sapu atau presiden. Anda harus jaga kehormatan mereka," tegasnya.
  4. Sensitif pada Isu SARA, "Contoh label suku 'Padang pelit', Arab bahlul, Jawa klemer, atau Batak kasar. Ini tidak dapat dibenarkan."
  5. Sensitif pada gender.
  6. Anda harus sensitif pada bahasa penindasan. Ingat kita pernah dijajah dan banyak sekali kata-kata yang digunakan untuk menindas. Misalnya saja kata dongo, jongos, babu, dungu, dan sebagainya. Saya heran dengan orang yang menggunakan kata-kata seperti itu. Sepertinya dia kurang kaya dengan diksi.
  7. Sensitif pada simbol negara. Di alam demokrasi. Semua orang punya kehormatan. Termasuk orang yang mewakili simbol negara.
  8. Sensitif pada jarak. Anda bicara kasar, its oK. Jika diucapkan sesama teman. Dan teman paham dengan karakter Anda tanpa jarak. Namun akan jadi persoalan Kalau Anda lakukan pada orang yang belum Anda kenal secara dekat. Atau Anda merasa kenal dekat, tapi lawan bicara tidak kenal Anda.
  9. Bahasa keadaban kesembilan adalah sensitif pada intonasi. Anda boleh jadi jagoan orasi. Ingat bahasa memiliki intonasi. Dan intonasi mencerminkan makna.

Polemik Rocky Gerung

Dalam beberapa hari terakhir sosok Rocky Gerung menjadi pembicaraan gegara ucapannya yang oleh sebagian pihak dianggap menghina Presiden Jokowi.

Potongan video yang memuat ucapan Rocky Gerung yang diduga menghina Jokowi itu beredar di media sosial.

Dalam video yang dilihat Tribunnews, Rocky Gerung menyebut Jokowi hanya memikirkan nasibnya sendiri.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas