Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Herzaky Demokrat: Pak Presiden, Selamatkan Anak-anak Kita di Jambore Dunia 2023 Korea Selatan

kondisi cuaca yang sangat panas, heatwave, dan kurangnya fasilitas untuk berteduh menyebabkan sebagian besar anak-anak terpapar panas dan radiasi UV

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Herzaky Demokrat: Pak Presiden, Selamatkan Anak-anak Kita di Jambore Dunia 2023 Korea Selatan
Selebaran / Kantor Kepresidenan Korea Selatan / AFP
Foto diambil pada tanggal 2 Agustus 2023 dan disediakan oleh kantor kepresidenan Korea Selatan pada tanggal 3 Agustus menunjukkan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol (depan) dan istrinya Kim Keon Hee (tengah kanan) melempar pesawat kertas saat upacara pembukaan Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Saemangeum, sekitar 180 km barat daya Seoul. Kantor kepresidenan Korea Selatan pada 3 Agustus mengadakan rapat kabinet darurat dan memerintahkan pengerahan bus ber-AC dan truk freezer setelah ratusan pramuka di jambore besar menderita penyakit terkait panas. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Bapak Presiden Joko Widodo, tolong selamatkan dan tarik pulang anak-anak kami, kontingen Indonesia di Jambore Dunia 2023 di Saemangeum, Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan."

Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra.

Baca juga: Orangtua Peserta Jambore Dunia Keluhkan Gelombang Panas di Korsel, Klaim Panitia Bertolak Belakang

Herzaky mengatakan, ada 1.569 warga Indonesia, sebagian besar siswa usia 14-18 tahun, yang tergabung dalam kontingen Indonesia, dari total lebih dari 42.000 peserta Jambore dari seluruh dunia.

Mereka seharusnya berkegiatan di Korea Selatan dari tanggal 30 Juli sampai dengan 12 Agustus 2023.

"Situasi di sana sangat menyedihkan. Bukan lagi kegiatan pramuka yang melatih kemandirian dan kebersamaan, melainkan sudah menjadi ajang bertahan hidup di tengah ancaman cuaca panas yang sangat ekstrem mencapai 34-38 derajat celcius, dengan fasilitas yang sangat menyedihkan," tutur Herzaky yang juga merupakan Orang tua salah satu peserta Jambore Dunia 2023 dari Indonesia.

  • Pertama, kondisi cuaca yang sangat panas, heatwave, dan kurangnya fasilitas untuk berteduh menyebabkan sebagian besar anak-anak terpapar panas dan radiasi UV yang tidak aman bagi mereka.
  • Kedua, kata Herzaky, anak-anak remaja kita mesti tinggal di dalam tenda yang sangat tipis dengan menggunakan palet plastik untuk tidur karena lahan tempat berkemah aslinya merupakan sawah dan becek.

Menurutnya, malam hari saja sangat panas, dengan suhu setara siang hari di Indonesia. Sedangkan siang hari suhu berkisar 34-38 derajat celcius.

Tolong diingat, mereka anak-anak remaja. Ikut pramuka. Ikut Jambore Dunia. Bukan mau ikut latihan bertahan hidup di kamp pengungsian.

Berita Rekomendasi

“Bapak-bapak Kwarnas yang terhormat, Anda sudah merasakan tinggal di dalam tenda anak-anak? Atau Anda bisa tidur nyenyak di ruangan khusus staf dengan AC menyala? Jangan berkata tetap solid dan bersemangat, tapi Anda sendiri menikmati fasilitas berbeda dibandingkan anak-anak?” ujar Herzaky.

  • Ketiga, fasilitas sanitasinya juga menyedihkan. Anak-anak mesti berjalan sekitar 1,5-2 km menuju lokasi untuk mandi, buang air, dan mencuci pakaian. Kita tidak membahas fasilitas air dingin atau air panas, ataupun toilet yang bersih. Hanya, jumlah tidak banyak, dan banyak yang kondisi kebersihannya menyedihkan.
  • Keempat, asupan makanan yang tidak cukup baik, sehingga nutrisi sudah tidak lagi menjadi nomer 1, yang penting tidak lapar saja sudah cukup baik. Anak-anak memang bisa jajan membeli makan, namun untuk mencqpai lokasi makanpun harus menempuh jarak lebih dari 3 km, dan antriannya bisa satu jam di kasir.
  • Kelima, fasilitas Shuttle Bus yang terbatas sehingga menyebabkan antrian tunggu yang lama (lebih dari 1-2 jam) dan mengakibatkan anak-anak kami terpapar panas kembali.
  • Keenam, Kegiatan yang sudah diatur oleh penyelenggara sebagian besar dihentikan karena cuaca dan heatwave tidak aman, sehingga anak-anak kami seperti terlantar di sana tanpa kegiatan apapun layaknya di kamp pengungsian. Mereka ke sana kemari tanpa tentu arah karena tinggal di tendapun seperti terpanggang dalam oven.
  • Ketujuh, kondisi anak-anak tidak lagi fisik yang terganggu, ada yang lecet, tidak bisa berjalan, bahkan patah kaki, terserang sakit karena gelombang panas, dan lain sebagainya, melainkan kondisi psikisnya sudah mulai terganggu. Di dekat-dekat tenda anak kami, hampir tiap malam ketika video call, mereka menangis karena tertekan betul. Kalau lokasi seperti bumi perkemahan cibubur, tanahnya ada rumput yang asri, penuh dengan pepohonan yang sejuk. Di sana? Gersang. Tanpa pohon.

    Baca juga: Ratusan Pramuka Sakit Akibat Gelombang Panas di Jambore Pramuka Sedunia di Korea Selatan

"Kami minta pendamping dari Kwarnas, Kakak-kakak pembina, tolong buka kondisi aktual di sana. Bukan hanya memberikan laporan manis. Apalagi kalau ada anak-anak yang ditanya orang tuanya mengenai kondisi di sana, jangan malah dimarahi karena dianggap mengadu. Fokus Kwarnas seharusnya anak-anak kita. Memastikan anak-anak kita bisa mengikuti kegiatan dengan baik dan selamat. Bukan menganggap situasi baik-baik saja, padahal kenyataannya bertolak belakang," tegasnya.

"Kami berharap, Bapak Presiden, Bapak Menteri Pemuda dan Olahraga, Ketua Kwarnas, Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, ambil tindakan segera dan sungguh-sungguh untuk membantu anak-anak kita di sana. Jika kegiatan sudah banyak yang dibatalkan karena cuaca ekstrem, untuk apa bertahan sampai 7 hari lagi?" ujarnya.

Dikatakan Herzaky, jika memang harus bertahan di sana, turunkan tim yang sungguh-sungguh bermanfaat. Bukan sekedar formalitas, apalagi pencitraan saja.

  • Pertama, bantu pastikan anak-anak kita tidak kekurangan suplai air minum dan makanan. Jangan staf pendamping malah enak-enak makan minum di ruangan AC, anak-anak terpanggang di dalam tenda dengan makanan dan minuman seadanya.
  • Kedua, bantu pastikan anak-anak kita tidak terserang sakit karena gelombang panas. Minta pihak Korea Selatan perbanyak fasilitas berteduh dan berpendingin.
  • Ketiga, bantu fasilitasi agar bus shuttle menuju lokasi toilet, kamar mandi, food supply, convinience store, diperbanyak. Sekarang antriannya bisa berjam-jam untuk naik bus.
  • Keempat, turunkan tim untuk pendampingan mental anak-anak, untuk meminimalisir dampak psikologisnya. Apa gunanya kita punya Kedubes, perwakilan di luar negeri, tapi melindungi warga kita sendiri saja tidak bisa?
  • Kelima, pastikan memang masih ada kegiatan kepramukaan yang bermanfaat di sana. Bukan sudah menunggu dua jam di lokasi kegiatan dan terpanggang kena panas, lalu kegiatan malah dibatalkan.

    Baca juga: Orangtua Peserta Jambore Dunia Keluhkan Gelombang Panas di Korsel, Klaim Panitia Bertolak Belakang

"Tolong diingat, mereka anak-anak remaja. Ikut pramuka. Ikut Jambore Dunia. Bukan mau ikut latihan bertahan hidup di kamp pengungsian. Kini saatnya Bapak Presiden benar-benar menjadi pahlawan untuk rakyatnya. Kami tunggu aksi nyatanya untuk anak-anak kami," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas