Penyebab Polusi Udara di DKI Jakarta Kian Memburuk, BBM dan Gas jadi Penyumbang Polusi Terbanyak
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Sigit Reliantoro sebut polusi di DKI Jakarta juga karena pengaruh udara dari Timur
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai kualitas udara di DKI Jakarta buruk disebabkan karena adanya pengaruh udara dari timur yang bersifat kering.
Dijelaskan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Sigit Reliantoro, udara dari timur itu merupakan siklus yang biasa terjadi di bulan Juni, Juli dan Agustus.
Ditambah adanya aktivitas ekonomi yang menambah tercemarnya kualitas udara di DKI Jakarta.
Seperti penggunaan bahan bakar, baik dari masyarakat maupun industri.
Terutama yang bersumber dari minyak dan gas.
"Jadi kalau dari segi bahan bakar yang digunakan di DKI Jakarta itu bahan bakar itu adalah sumber emisi itu adalah dari batubara 0,42 persen dari minyak itu 49 persen dan dari gas itu 51 persen," ungkap Sigit Reliantoro dikutip dari Kompas Tv, Sabtu (12/8/2023).
Baca juga: Bisakah Aroma Terapi Tangkal Polusi Udara?
Adapun jika dilihat dari sektor-sektornya, penyumbang terbanyak pencemaran udara yakni dari moda transportasi dan industri.
"Dilihat dari sektor-sektornya, maka transportasi itu 44 persen, industri 31 persen, industri energi manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen dan komersial 1 persen," lanjut Sigit Reliantoro.
Akibatnya, banyak warga DKI Jakarta yang mulai mengeluhkan buruknya kualitas udara.
Mereka pun mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti batuk, pilek, alergi dan tenggorokan.
Menanggapi hal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan salah satu solusi untuk mengurangi beban polusi di Jakarta adalah dengan menggunakan transportasi publik dan mobil listrik.
"Ya polusi itu tidak hanya hari ini sudah bertahun-tahun kita alami di ibukota DKI Jakarta ini bertahun-tahun kita alami pertumbuhan ekonomi dan ya salah satu solusinya adalah mengurangi beban Jakarta, moda transportasi massal itu seperti MRT itu harus segera selesai di semua rute."
"Moda transportasi itu akan mengurangi polusi termasuk nantinya pemakaian mobil listrik, itu mengapa kita berikan dorongan (untuk penggunaan transportasi listrik)," jelas Jokowi.
Baca juga: Presiden Jokowi Panggil Pemrov DKI hingga KLHK untuk Rapat cari Solusi Atasi Polusi Udara di Jakarta
Mengutip TribunJakarta.com, selain penggunaan moda transportasi umum dan mobil listrik, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut penambahan ruang terbuka hijau (RTH) juga dapat dilakukan.
“Kami setiap Minggu menambah RTH, setiap kelurahan tiap tiga bulan menambah ruang terbuka hijau. RTH yang sekarang dirawat termasuk media tanam pohon,” ucapnya saat ditemui di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendgari), Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2023).
Sebagai informasi, kualitas udara di Jakarta sempat jadi yang terburuk versi situs IQAir pada Selasa (8/8/2023) kemarin.
Indeks Kualitas Udara (AQI) di hari itu sekira pukul 05.00 WIB mencapai 160 dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 sebesar 72 mikrogram per meter kubik.
Nilai ini menempatkan kualitas udara Jakarta jadi yang paling terburuk di dunia disusul Johannesburg, Afrika Selatan (152); Beijing, Tiongkok (152); Santiago, Cili (131); dan Lahore, Pakistan (112).
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.