Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Twitwar Yenny Wahid Vs Jansen Sitindaon, Seret Nama Prabowo Subianto hingga Atraksi Tong Setan

Twitwar dipicu ketidaksetujuan Jansen, Yenny Wahid menjadi cawapres Anies Baswedan karena puteri Gus Dur itu dinilai bagian dari rezim Jokowi

Penulis: Eko Sutriyanto
zoom-in Twitwar Yenny Wahid Vs Jansen Sitindaon, Seret Nama Prabowo Subianto hingga Atraksi Tong Setan
kolase Tribunnews.com
Media sosial twitter atau X saat ini dihebohkan perang twit alias twitwar antara Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid dengan Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon. Twitwar terjadi berkaitan dengan Pilpres 2024 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Media sosial twitter atau X saat ini dihebohkan perang twit alias twitwar antara Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid dengan Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon.

Twitwar terjadi berkaitan dengan Pilpres 2024.

Twitwar dipicu ketidaksetujuan Jansen, Yenny Wahid menjadi cawapres Anies Baswedan.

Jansen menilai Yenny tidak cocok jadi cawapres Anies.

Alasan Jansen, putri Gus Dur itu merupakan bagian dari rezim pemerintahan Jokowi saat ini.

Baca juga: Jawaban Yenny Wahid Disebut Tak Pantas Dampingi Anies Baswedan dan Jadi Alat Bubarkan Koalisi

Jika Yenny menjadi capres Anies maka pendukung Anies akan bingung apabila sosok cawapresnya tidak sesuai tujuan koalisi.

"Mbak Yenny buat saya bagus. Bahkan lengkap dengan segala atribusi yang melekat dalam diri beliau.

Berita Rekomendasi

Namun untuk posisi wapres di Koalisi Perubahan, buat saya beliau tidak pas, tidak cocok.

Mungkin cocoknya di koalisi yang lain," tulis Jansen melalui akun @jansen_jsp, Rabu (9/8/2023).

Seperti diketahui Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), dibentuk Partai Demokrat, NasDem dan PKS.

Jansen mengatakan, "Karena jika koalisi ini menang, sebagaimana namanya perubahan, banyak hal yang ingin kami ubah.

Idealnya cawapres dari Perubahan ini memang yang selama ini merepresentasikan hal itu," lanjutnya.

"Agar koalisi ini juga semakin kuat posisi dan brandingnya di rakyat yang ingin perubahan. Di mana semakin hari semakin besar dan luas dukungannya. Tentu mereka akan bingung jika koalisi yang katanya mengusung perubahan malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan. Apalagi dia tokoh bagian dari rezim ini. Baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini," kata Jansen.

Yenny Wahid langsung merespon apa yang dikatakan Jansen.

Yenny heran Jansen langsung menolak menolak dirinya menjadi cawapres Anies.

Padahal, kata Yennny, dirinya hanya merespon lamaran yang datang kepadanya dan tidak pernah menyodorkan dirinya menjadi cawapres Anies.

Yenny justru memberikan dukungan kepada AHY sebagai cawapres Anies.

"Saya gak pernah nyodorin diri jadi cawapres mas Anies.  Kalau situ belum apa-apa udah menolak saya, pas bossmu butuh dukungan, saya emoh lho. Saya cuma merespons lamaran yang datang. Justru saya mendukung mas AHY jadi cawapres Mas Anies," ujar Yenny melalui akun @yennywahid, Kamis (10/8/2023).

Tidak berhenti di situ,  Jansen lalu memberikan tanggapannya terkait dukungan Yenny Wahid yang mendukung AHY jadi Cawapres Anies.

Hehe. Ampunn mbakk

1) Kalau soal dukung mendukung siapa — karena perbedatan ini terkait politik dan pemilu besok — ya kembali pada sikap, keyakinan dan pilihan jenengan mbak. Sama dgn sikap saya, sepanjang koalisi ini namanya masih menyandang “perubahan” sesuai nama di piagam yg telah ditandatangani 3 partai — dan ini juga sama dan sejalan dgn hasil Rapimnas partai kami Partai Demokrat tahun 2022 yg menghasilkan keputusan tentang Perubahan dan Perbaikan sebagai agenda politik Demokrat di Pemilu 2024 — idealnya menurut saya kandidatnya ya bukan bagian rezim. Biar kontras sekalian. Itulah sikap saya. Krn bagi saya itulah gunanya pemilu dan diharapkan terjadi di pemilu. Ada perbedaan jelas antar kandidat. Jika tidak, nama “perubahan” ini diubah saja. Krn nama/“merek” itu vital, jadi panduan bagi pemilih, jadi pembeda dalam kebijakan yg akan diambil kedepan;

2) Krn ini soal sikap, keyakinan dan pilihan politik — bukan argumen soal opini atau kebijakan — sebenarnya tidak perlu ada yg diperbedatkan. Saya juga sepenuhnya menghargai sikap yg jenengan ambil mbak, termasuk soal akan mendukung atau tidak mendukung siapa;

3) Soal lain-lainnya saya kira sudah cukup gamblang saya jelaskan di tulisan itu. Itulah keyakinan dan sikap politikku mbak. Sama dgn sikap dan pilihan saya di pemilu 2019 lalu mendukung pak Prabowo/mas Sandi habis-habisan. Walau kemudian hasilnya kalah dan dampaknya masih saya rasakan sampai skrg — khususnya di kampung, krn mayoritas di suku/di kampung saya pendukung berat pak Jokowi semua — buat saya tidak mengapa, itulah politik, pilihan berbeda pasti terjadi dgn segala konsekuensinya. Skrg pak Prabowo yg saya dukung dulu sudah jadi bagian rezim dan pemerintahan. Jika koalisi perubahan ini terus lanjut dan maju sampai pendaftaran (tidak bubar ditengah jalan), maka pilihan politik saya berikutnya tentunya bersebrangan dgn beliau termasuk dgn banyak kawan2 saya yg lain yg dulu satu barisan. Namun namanya kawan ya tetap selamanya kawan, walau pilihan politik skrg berbeda dan nanti mungkin kami akan berdebat keras tentang banyak hal dibanyak tempat.

4) Terakhir, sehat terus mbak. Saya juga mendoakan dan mendukung jenengan semoga bisa ikut berkontestasi di Pilpres ini, khususnya mengisi posisi Cawapres yg masih kosong di beberapa koalisi yg telah terbentuk khususnya di blok lanjutkan. Krn sebagaimana telah saya sampaikan juga dalam tulisan itu secara terang benderang, bagi saya, dgn segala atribusi yg melekat dalam diri jenengan, jenengan itu sangat lengkap. Sama lagi dgn Ketumku sama2 Alumni Harvard juga. Maturnuwun, terimakasih atas percakapan di twitter ini mbak, termasuk utk semua teman2 yg ikut memberi comment baik yg pro ataupun kontra.

Yenny Wahid kembali merespon.

Ia menyebut tanggapan Jansen berputar-putar, idak pada titik inti dan membuat pusing.

Menurutnya, respon dari politisi Demokrat ini bertele-tele karena kalimatnya sangat panjang dan tidak pada intinya saja.

Ia mengaku pusing dengan cuitan itu karena memutar seperti tong setan pasar malam.

“Saya pusing Mas Jansen, baca tanggapannya. Muter-muter kayak tong setan di pasar malam,” kata dia.

Tanggapan Jansen

Wakil Sekjen (Wasekjen) Partai Demokrat Jansen Sitindaon kembali membalas lewat akun Twitter mereka.

Jansen Sitindaon mengatakan pernyataannya yang berputar-putar itu adalah sikap dan pandangannya terkait pilihan dan penolakan isu Yenny Wahid bakal menjadi cawapres Anies Baswedan.

Jansen menyebut  cawapres tepat bagi Anies Baswedan adalah Ketua Umum Partainya Agus Harimurti Yudhoyono.

"Hehe.. Yo wes mbak, nek boco tulisan 4 point gitu aja jenengan wes pusing ya kita hentikan sampai sini. Soal mutar2: sepanjang 15 thn ini saya aktif di partai & politik jarang atau minim sekali saya mutar2," kata Jansen di akun Twitternya ke Yenny Wahid.

Ia mengatakan apa yang dimaksud Yenny Wahid tanggapannya berputar-putar hanyalah cara dia membeberkan sikap dan pandangannya.

"Apa sikap & pandangan saya itu yg saya sampaikan. Sukses selalu utk jenengan," kata Jansen.

Sikap Tegas Yenny Wahid Terkait Cawapres

Di kesempatan terpisah, Putri Presiden Ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid menegaskan dirinya tak ingin menjadi Calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi sosok siapa pun.

Namun, saat diminta untuk menjadi cawapres demi bangsa dan negara, Yenny Wahid mengaku siap.

Hal itu diungkap Yenny Wahid pada Kamis (10/8/2023) dikutip dari Kompas Tv.

"Saya siap jadi Wakil Presiden, tapi saya tidak ingin jadi Wakil Presiden."

"Ibarat prajurit, apakah kamu siap berperang demi bangsa dan negara, saya siap, tapi jika ditanya apakah kamu pengen dan mau berperang saya tidak mau dan tidak kepengen," ungkap Yenny Wahid.

Baca juga: Yenny Wahid: Mas Ganjar Ini Bukan Orang Asing, Punya Kedekatan dengan Keluarga Gus Dur

Menurutnya, jabatan Wakil Presiden bukanlah jabatan yang mudah.

"Demikian juga jabatan Wapres, itu berat, jadi saya siap tapi nggak kepengen, itu beda," tegas Yenny Wahid.

Ditegaskan Yenny Wahid, ia tak menyodorkan diri untuk mendampingi sosok capres siapa pun, baik itu Ganjar Pranowo, Gerindra Prabowo Subianto atau bahkan Anies Baswedan.

"Jadi saya siap kalau ada momentum, ketika ada dinamika, tapi saya ini tidak dalam posisi menawarkan diri menjadi cawapres siapa pun," katanya.

"Posisi saya adalah merespons lamaran-lamaran dan narasi-narasi yang dibangun oleh beberapa partai," jelas Yenny Wahid.

Terkait adanya usulan atau narasi tentang dirinya disebut pantas mendampingi Anies Baswedan, ia mengapresiasinya.

Putri mendiang Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (7/8/2023). (Fersianus Waku)
Putri mendiang Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (7/8/2023). (Fersianus Waku) (Tribunnews.com/Fersianus Waku)

Namun, Yenny Wahid menegaskan bahwa dirinya netral dan tak memiliki kecondongan dengan capres mana pun.

Mengutip tayangan Kompas TV lainnya, Yenny Wahid mengaku memiliki kedekatan dengan ketiga capres.

Yenny Wahid mengaku bahwa Ganjar Pranowo adalah teman sendiri.

Mereka besar dan tumbuh di lingkungan yang sama, yakni nasionalis.

"Mas Ganjar ini istilahnya orang jawa 'Bolo Dewe', atau teman sendiri karena teman mainnya sama."

"Dia juga berangkat dari kaum nasionalis, keluarga Gus Dur juga nasionalis, bahkan kalau ditarik lebih jauh lagi di era Bung Karno sampai Gus Dur itu kan ada titik-titk pertemuan antara kaum nasionalis dan kalum Nahdliyin," ungkap Yenny Wahid, Kamis (10/8/2023)

Dijelaskan Yenny Wahid, ia juga memiliki kedekatan dengan Ganjar Pranowo karena keduanya saling mengenal sebagai teman saat berada di komunitas yang sama.

Baca juga: BREAKING NEWS Ganjar Pranowo Silaturahmi ke Kediaman Gus Dur, Disambut Sinta Nuriyah dan Yenny Wahid

"Saya dengan Mas Ganjar, misalnya ya, itu dekat sebagai teman, karena komunitas kita sama."

"Lalu kemudian suami saya juga di UGM. Jadi dia temannya Mas Ganjar, sebagaimana juga teman kami, teman main jadinya," ungkap Yenny Wahid.

Anies Baswedan, kata Yenny Wahid, ia memiliki kedekatan khusus karena memiliki sejarah panjang saat masih berkiprah di dunia pendidikan.

Saat itu, dirinya pernah ditawari Anies baswedan menjadi dosen di Universitas Paramadina.

"Saya itu dengan Pak Anies punya kedekatan khusus, karena Pak Anies jadi rektor dan saya jadi salah satu dosen."

"Saya pulang dari ambil Master saya di Amerika, Mas Anies tawari saya di Paramadina, beliau waktu itu jadi rektor," kata Yenny Wahid.

Yenny Wahid menjelaskan bahwa dirinya juga mengenal bakal calon presiden Prabowo Subianto.

Pasalnya, sang suami dulu pernah berkarier di Partai Gerindra.

"Lalu dengan Pak Prabowo, suami saya dulu di Gerindra. Jadi yang namanya komunikasi ya lancar dengan semua kandidat ini."

"Tentunya komunikasi ini membahas kemungkinan-kemungkinan ke depan, titik kolaborasi seperti apa," jelas Yenny. (Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Igman Ibrahim) (WartaKota/Budi Sam Law Malau)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas