Sanggam Berharap Pemerintah Mendatang Tetap Lanjutkan Pengembangan Kawasan Danau Toba
Sanggam Hutapea meminta pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba sebagai destinasi prioritas menuju wisata kelas dunia tidak boleh berhenti.
Penulis: Johnson Simanjuntak
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerhati dan pelaku pariwisata Sanggam Hutapea meminta pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba sebagai destinasi prioritas menuju wisata kelas dunia tidak boleh berhenti walau era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berakhir tahun depan.
"Siapa pun nantinya terpilih sebagai Presiden pada Pemilihan Umum Presiden yang akan di gelar Rabu 14 Pebruari 2024, pengembangan kawasan Danau Toba harus dilanjutkan, sebab pembangunan dan pemgembangan kawasan Danau Toba masih membutuhkan perhatian dari pemerintah pusat, khususnya menyangkut anggaran dan mendatangkan investasi," ujar Sanggam Hutapea di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Sejak penetapan kawasan Danau Toba sebagai salah satu dari 10 destinasi prioritas oleh Presiden Jokowi, pembangunan di kawasan ini memang sudah terlihat.
Namun untuk menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia dan industri pariwisata yang menghasilkan devisa bagi negara, masih jauh dari harapan.
Karena itu sangat perlu pembangunan dan pengembangan berkelanjutan dari pemerintahan mendatang yang dihasilkan Pemilu 2024.
Menurutnya, kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata internasional harus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi di antara aspek pendukung lainnya.
Sanggam Hutapea pun memaparkan berbagai pandangannya yang cukup mendasar untuk pengembangan dan pembangunan kawasan Danau Toba menuju wisata kelas dunia.
Dia menilai akses ke Danau Toba di era pemerintahan Jokowi ini sudah sangat terbuka, karena pemerintah memberikan perhatian penuh dengan membangun jalan tol guna memperpendek jarak tempuh ke Danau Toba.
Demikian juga dengan pembangunan bandara Internasional Silangit di Siborong-borong,Tapanuli Utara, yang makin mendekatkan wisata langsung menikmati keindahan kawasan Danau Toba.
Akses transportasi di danau juga sudah membaik dan memadai, apa lagi dengan kehadiran beberapa kapal penyeberangan yang diluncurkan di beberapa lokasi, seperti kapal penyeberangan dari Tigaras Kebupaten Simalungun ke Samosir, penyeberangan dari Muara ke Samosir, penambahaan kapal penyeberangan dari Ajibata ke Ambarita, serta ketersediaan kapal-kapal milik pengusaha lokal yang sudah memenuhi syarat laik berlayar.
Akan tetapi, sarana dan prasarana yang ada sekarang, menurut Sanggam Hutapea tidak serta merta mampu mendatangkan wisatawan, karena belum adanya produk wisata yang ditawarkan dan masih monoton hanya mengandalkan keindahan alamnya saja.
Sejak pemerintah menetapkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata, sampai sekarang belum ada bentuk produk wisata di kawasan Danau Toba yang dimunculkan sebagai usaha memberikan nilai tambah," kata Sanggam Hutapea yang selalu vokal menyuarakan pariwisata Danau Toba.
Apa sebenarnya produk wisata Danau Toba? Apakah keindahan alam, kuliner, budaya, atau yang lain? Kalau kita putuskan produk wisata Danau Toba adalah keindahan alam, maka di titik-titik mana wisatawan harus dibawa. Kalau produk wisata budaya, tentu budaya seperti apa yang akan kita tonjolkan.
Demikian juga sisi kuliner, belum ada tempat kuliner bagi wisatawan untuk menikmati suasana kawasan Danau Toba, seperti di Bali ada Jimbaran tempat wisatawan makan malam di tepi pantai, dan pada saat makan malam, wisatawan disungguhi tari tarian tradisional dan alunan lagu-lagu.
Fasilitas yang begini belum ada di kawasan Danau Toba. Padahal, tambah Sanggam Hutapea, banyak lokasi di kawasan Danau Toba yang bisa dibenahi sebagai tempat kuliner.
Baca juga: Sukses Digelar, Ketum IMI Apresiasi Penyelenggaraan Kejuaraan Nasional KFC Danau Toba Rally 2023
Karena itu menurut Sanggam Hutapea, perlu perumusan prodak wisata Danau Toba dibicarakan secara bersama- sama melibatkan masyakarat, pelaku pariwisata dan para kepala daerah di tujuh kabupaten yang ada di kawasan Danau Toba, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir.
Sanggam Hutapea mengakui belum melihat banyak peran pemerintah daerah, khususnya Pemda di wilayah kawasan Danau Toba.
Demikian juga, keberadaan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) sebagai wakil pemerintah pusat di kawasan Danau Toba hanya membuat konsep, sedang yang mengeksekusi produk-produk itu sejatinya adalah Pemda di kawasan Danau Toba itu sendiri.
Pemerintah, sebutnya, harus lebih kreatif karena salah satu kunci keberhasilan pariwisata adalah kreativitas, termasuk bagaimana mereka kreatif mengemas produk-produk lokal.
Salah satu contoh kreatif yang diutarakan Sanggam yakni bagaimana mengemas narasi untuk mengisahkan kawasan wisata Danau Toba.
"Perlu saya ingatkan pembangunan kawasan Danau Toba sebagai wisata kelas dunia tidak boleh berhenti. Sebaliknya harus terus dilakukan secara terintegrasi, dengan mengkaji aspek alam, pemulihan ekosistem Danau Toba, sumber daya manusia, budaya, sosial dan potensi investasi yang akan menambah devisa negara dan berujung pada kesejahteraan masyarakat," kata Sanggam Hutapea.