Sambut Indonesia Emas 2045, Saatnya Dorong Industri Jamu Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Seluruh elemen perlu bersatu dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendorong kemajuan industri jamu dan obat herbal.
TRIBUNNEWS.COM - Tanaman obat merupakan salah satu bagian dari kekayaan alam Indonesia yang berlimpah. Sumber daya alam ini menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil obat herbal yang sangat penting di dunia.
Akan tetapi, kekayaan alam yang melimpah ini belumlah disertai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendorong kemajuan industri jamu dan obat herbal.
Seluruh elemen mulai dari pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat perlu bersatu dalam pengembangan obat herbal yaitu dengan saintifikasi jamu, dalam hal ini berbasis penelitian dan pelayanan kesehatan.
Untuk terus mensosialisasikan penggunaan obat herbal dan pengembangan serta pemanfaatannya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk melalui produk unggulannya Tolak Angin bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar seminar dengan tema "Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat".
Seminar hybrid yang diselenggarakan di Gedung Azwar Agoes, Fakultas Kedokteran Unsri, Kamis (30/8/2023) ini merupakan yang ke-49 kalinya digelar oleh Sido Muncul sejak tahun 2007.
Baca juga: Dukung Perkembangan Obat Herbal, Puluhan Dokter Kunjungi Pabrik Jamu di Semarang
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat mengungkapkan, melalui seminar seperti ini harapannya para akademisi kedokteran terdorong untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah. Dengan begitu, dunia kedokteran nantinya tidak hanya bergantung kepada obat modern yang berbasis kimia.
"Selain itu, kami juga ingin dunia kedokteran mendapat wawasan mengenai industri jamu, penelitian yang kami lakukan untuk mengembangkan produk, dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan," kata Irwan Hidayat
Menurut Irwan, ia sering sekali mendengar kata-kata ‘tuan rumah di negeri sendiri’ sejak 1990. Namun, nyatanya sampai hari ini obat-obatan jamu belum jadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Kenapa kita belum jadi tuan rumah di negeri sendiri? Karena di industri jamu tidak ada para pengobatnya. Para dokter tidak paham mengenai jamu dan tidak mempelajari tentang khasiat serta penggunaannya," ungkapnya
Padahal, menurutnya, kedokteran dan pemerintah merupakan kunci utama agar industri jamu di Indonesia bisa lebih maju. Jika dokter turut terlibat dalam pengembangan dan pemanfaatan jamu dan obat herbal, maka obat herbal dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Selain itu, menurut Irwan juga masih belum ada penelitian tentang bahan-bahan alam yang digunakan dan standarisasi bahan baku serta uji toksisitas.
"Untuk produk di Sido Muncul sudah melakukan uji standarisasi, toksisitas untuk pasien. Produk Sido Muncul ini banyak dan sekarang lagi mengembangkan produk suplemen," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama Prof Dr Ir M Said MSc mengungkapkan bahwa topik seminar ini sangat tepat dalam menyambut Indonesia Emas 2045.
"Visi dan misi Unsri adalah sebagai lembaga pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ini sangat tepat karena banyak diminati masyarakat, namun memang ada penyakit yang perlu dengan obat-obatan kimia juga," ungkapnya
Menurutnya, penelitian di Unsri sudah dilakukan sejak 2006 dengan road map penelitian bertopik pangan, energi, lingkungan dan obat-obatan. Unsri pun telah menjalankan kerja sama dengan Litbangkes.
"Bahkan kita melakukan studi ke 10 kabupaten/kota berkaitan dengan riset tanaman obat dan jamu. Ada 150 jenis tanaman obat di Sumsel, itu masih disimpan di Fakultas Pertanian dan MIPA," ungkapnya.
Ia pun mengatakan saat melakukan berbagai survei, contohnya di Ogan Ilir, ditemukan tanaman obat yang masih ditanam di pekarangan rumah ataupun sela-sela kebun. Ini menunjukkan bahwa masyarakat belum fokus menyiapkan lahan untuk tanaman obat.
"Kebanyakan masih banyak digunakan dukun kampung seperti untuk demam, diare dan lain-lain. Maka diperlukan kerja sama dari hulu ke hilir nya," katanya.
Baca juga: Menuju Indonesia Sehat, Perusahaan Jamu Ini Gelar Seminar Pemanfaatan Obat Herbal
Sebagai informasi, seminar kali ini diikuti oleh 300 peserta dari kalangan kedokteran, apoteker, dan tenaga kesehatan, seminar dilaksanakan secara hybrid (online via zoom dan offline) serta menghadirkan enam narasumber yang dibagi dalam dua sesi.
Pada sesi pertama menampilkan Dra Reri Indriani Apt MSi, Plt. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI yang membahas tema terkait Kebijakan Pengawasan Obat Tradisional Indonesia dalam mendukung Program Indonesia Sehat.
Lalu, Dr Dra Agusdini Banun Saptaningsih apt MARS, Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kemenkes RI mengenai Kebijakan Obat Tradisional di Pelayanan Kesehatan.
Kemudian, Irwan Hidayat Direktur PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk, dengan tema Industri Herbal Berbasis Good Manufacturing Practices (GMP).
Sementara itu pada sesi kedua, menampilkan dr Noor Wijayahadi Mkes PhD Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang mengenai Uji Manfaat Tolak Angin.
Lalu, Dr apt Ipang Djunarko, SSi MSc, Peneliti Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai Uji Toksisitas Subkronis Tolak Angin, dan Dr dr Mgs Irsan Saleh, M. Biomed, Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Unsri mengangkat tema mengenai Drug Discovery: Pemanfaatan Tanaman Asli Indonesia Karamunting sebagai Kandidat Obat Diabetes Melitus.