Merespon Isu Terkini di Era VUCA, Universitas Terbuka Gelar “Open Society Conference 2023”
The 5th OSC mengambil peran penting dalam menghadirkan wawasan multidimensi yang membahas isu-isu terkini dalam bidang teknologi, humaniora, bisnis, d
Penulis: Nurfina Fitri Melina
TRIBUNNEWS.COM - Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Politik (FHISIP) Universitas Terbuka (UT) menyelenggarakan seminar internasional Open Society Conference (OSC) dengan mengangkat tema Empowering Technology: Humanities, Business & Political Perspectives in VUCA Era pada Rabu (13/9/2023).
Dengan makin kompleksnya dunia dalam eraVolatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous (VUCA), The 5th OSC mengambil peran penting dalam menghadirkan wawasan multidimensi yang membahas isu-isu terkini dalam bidang teknologi, humaniora, bisnis, dan perspektif politik.
Dekan FHISIP UT Muhammad Husni Arifin menjelaskan, topik kemanusiaan atau humaniora yang dibahas dalam seminar internasional ini merefleksikan perspektif dari FHISIP akan keterkaitan teknologi dengan manusia.
“Teknologi tidak bisa di luar kontrol manusia, teknologi harus bisa memberikan manfaat, meningkatkan kesejahteraan untuk manusia dan kemanusiaan baik di Indonesia maupun di dunia karena teknologi hanya tools (alat). Jadi, bagaimana teknologi bisa membantu manusianya, bukan terbalik,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ojat Darojat turut mengungkapkan, OSC merupakan kegiatan tahunan yang sangat penting dan sejalan dengan UT sebagai institusi pendidikan yang menerapkan sistem Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ).
Baca juga: Tribun Network Raih Penghargaan Citra Pararta pada Peringatan Dies Natalis Ke-39 Universitas Terbuka
“Ini sangat penting untuk menghimpun dan saling berbagi pengetahuan serta pengalaman terkait isu-isu terkini bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Apalagi UT juga merupakan perguruan tinggi jarak jauh yang paling leading dalam menerapkan teknologi modern untuk kepentingan pembelajaran,” jelas Ojat.
Terkait penerapan teknologi dalam mendukung proses pembelajaran, UT sendiri telah melahirkan dua terobosan, yaitu terkait dengan skema ujian online proctoring dan teknologi Artificial Intelegence (AI).
“Dengan skema ujian online proctoring, ujian mahasiswa tidak harus dilaksanakan di ruang tertutup tapi bisa di ruang terbuka. Bisa di kantor hingga puncak gunung sekalipun yang penting ada akses jaringan internet,” ungkap Ojat.
Sementara itu, terkait penggunaan teknologi AI, UT tengah mengembangkannya dalam pelaksanaan ujian Take Home Essay (THE) sehingga hasil ujian bisa objektif namun biaya yang dikeluarkan lebih efisien.
Saat ini, tambah Ojat, UT juga tengah mengembangkan teknologi AI yang dapat mendeteksi kesamaan hasil jawaban ujian mahasiswa sehingga dapat diketahui jika ada kemungkinan ketidakjujuran ataupun plagiarisme dan akan diberikan sanksi akademik
“Dengan kemajuan di bidang tekologi ini bisa sangat membantu kita dalam menyelenggarakan pembelajaran dengan biaya yang lebih murah, proses yang lebih cepat, dan hasil yang lebih bagus,” jelasnya.
Genjot publikasi jurnal ilmiah
Penyelenggaraan konferensi ini juga diharapkan dapat menjadi langkah peningkatan jumlah publikasi internasional dari UT dengan status baru sebagai Perguruan Tinggi Berbadan Hukum.
OSC sendiri berhasil menarik perhatian banyak sivitas academika baik dari kalangan dosen, praktisi, tenaga pendidik hingga mahasiswa, dari internal UT maupun dari luar UT.
Di samping itu, UT juga menggenjot tercapainya tujuan ini dengan menyiapkan reward bagi dosen yang publikasi ilmiahnya menembus jurnal-jurnal nasional maupun internasional bereputasi.
"Kita ada reward khusus, yang terindeks Scopus Q1 Rp40 juta, Q2 Rp30 juta, dan seterusnya. Di Sinta juga kita kasih reward senilai Rp20 juta. Hal ini agar para dosen makin rajin menulis karya ilmiah. Meski demikian tetap akan dibatasi juga jumlahnya," ujarnya.
Baca juga: Targetkan Satu Juta Mahasiswa, Universitas Terbuka Perluas Layanan Perkuliahan hingga Daerah 3T
Sebagai informasi, OSC 2023 menghadirkan pembicara birokrat dan teknokrat, seperti Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc. sebagai keynote speaker. Selain itu juga hadir empat orang pembicara panel, yakni Steve Nouri founder A14Diversity dan Chief Al Evangelist dari Australia, Ismail Fahmi founder Drone Emprit dan PT Media Kernels dari Indonesia, Dr. Carin Holroyd dari University Saskatchewan Kanada, dan Rahmat Budiman, Ph.D. dari Universitas Terbuka Indonesia.
Dalam kesempatan ini, UT juga turut melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) dengan Open University Malaysia (OUM) untuk melanjutkan kerja sama dan memperkuat kolaborasi dalam bidang pembelajaran, publikasi ilmiah, staff and student exchange, produksi media, learning management system, dan juga pengabdian masyarakat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.