Tanggapi Survei SMRC, Waketum PKB: Jauh Berbeda dengan Survei Internal
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, menilai hasil survei SMRC untuk Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar sangat berbeda jauh dengan miliknya.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, menilai hasil survei SMRC sangat berbeda jauh dengan hasil survei internal Koalisi Perubahan untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (AMIN).
"Oleh sebab itu, ada beberapa catatan, karena dari hasil survei SMRC jauh berbeda dengan hasil survei internal kami," ujarnya, Jumat (15/9/2023).
Jazilul mempertanyakan metode survei SMRC yang menggunakan metode melalui telepon serta bagaimana cara membagi samplingnya.
Baca juga: Ketua Aisyiyah Kota Bandung: Anies-Cak Imin Pemimpin Pembawa Perubahan bagi Indonesia
"Yang jelas metode SMRC ini melalui telepon. Tidak semua masyarakat Indonesia memiliki telepon. Kemudian cara membagi sampling-nya juga tidak tahu [seperti apa]."
Akan tetapi, dia mengapresiasi hasil survei tersebut yang cukup menantang sekaligus mendorong Koalisi Perubahan makin optimistis untuk memenangkan Pilpres 2024.
Selain hasilnya yang berbeda jauh dengan survei internal, Jazilul memberikan catatan lainnya terhadap survei SMRC.
Baca juga: Forum Bersama Indonesia Diluncurkan, Anies-Gus Imin Ditargetkan Menang di Tiga Provinsi Ini
Menurutnya, Koalisi Perubahan telah memiliki pasangan capres dan cawapres, Anies - Cak Imin (AMIN), sedangkan capres lainnya belum memiliki pendamping.
Selain itu, menurutnya, perbincangan dunia maya dan melihat dari big data, terjadi peningkatan luar biasa terhadap elektabilitas pasangan Anies - Gus Imin.
"Saya pikir masyarakat Indonesia akan melihat apa yang dilakukan SMRC sekadar menggiring opini agar pasangan lain segera menentukan pilihannya," kata Jazilul.
Baca juga: Pengamat: Dukungan Pemilih pada Pasangan Anies-Cak Imin Terus Meluas
Sejak dideklarasikan pada 2 September 2023, elektabilitas pasangan Anies - Cak Imin mengalami lonjakan signifikan, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Demikian juga dukungan dari para kiai dan santri, terutama dari pondok pesantren di Jawa yang makin meluas