Beri Edukasi Cegah Stunting, Kepala BKKBN: Tidak Perlu Produk Asing, Cukup dengan Produk Lokal
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo kian gencar mengedukasi masyarakat terkait pencegahan stunting.
Penulis: Yosephin Pasaribu
Editor: Content Writer
"Mencegah stunting tidak perlu produk asing, produk lokal cukup. Kalau ada ikan lele itu sudah bagus, murah dibanding daging sapi. Pokoknya kalau mau menikah harus sehat dulu. Kalau sudah menikah harus direncanakan, jangan hamil terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat, dan jangan terlalu sering," ucap Hasto menutup paparannya.
Baca juga: BKKBN Gencar Kampanyekan Produk Makanan Lokal Atasi Stunting
Paparan dokter Hasto tersebut disambut antusiasme para pelajar yang berebut mengajukan pertanyaan. Diantaranya ada peserta yang mengulas kembali ajakan makan ikan.
"Mengenai probematika di masyarakat, ada yang tidak suka makan ikan karena menimbulkan alergi. Ini disebabkan dari kandungan ikannya atau dari orangnya?" tanya salah satu peserta.
Dokter Hasto pun menjawab dari sisi ilmu kedokteran. "Alergi ikan itu ada pada orang yang punya bakat. Namanya atopik, cirinya kulit tipis mata sendu, kalau kena rumput merah-merah, kena angin bisa asma. Orang seperti ini mudah alergi terhadap protein. Bakat ini sifatnya menurun. Asma adalah bagian dari alergi yang atopik, namun tidak menular," jawab dokter Hasto.
Adapun pertanyaan lain yang diajukan peserta, yakni cara mencegah stunting bagi catin laki-laki. "Izin bertanya pak, tadi kan disebutkan cara cegah stunting bagi perempuan. Lalu apa contoh antisipasi agar mengurangi stunting untuk laki-laki?" tanya peserta.
"Persiapan menikah agar anak tidak stunting, bagi laki-laki khususnya, ini memang penting dijelaskan. Kalau laki-laki tidak sehat maka bibitnya tidak sehat. Perokok berat, peminum berat, levernya jadi terganggu," jawab dokter Hasto.
Dirinya pun menjelaskan mengenai persiapan awal bagi catin. "Spermatogenesis itu prosesnya 75 hari. Jadi, mas nanti kalau menikah 75 hari sebelumnya bibitnya diperbaiki dulu ya, sehingga ketika bulan madu nanti sudah bagus. Laki-laki juga harus konsumsi zink. Jangan merokok, jangan jadi pemabuk, dan jangan kekurangan asupan zink," tambah dokter Hasto.
Tidak hanya dari peserta remaja sekolah, bahkan sang guru pun antusias mengajukan pertanyaan mengenai pola asuh anak badutanya. "Saya punya balita mau umur 2 tahun, apakah ada tips pola asuhnya agar anak di bawah usia tersebut bisa ideal berat badannya?" tanya dia.
Dokter Hasto pun menjelaskan mengenai pentingnya penyesuaian asupan makanan dalam periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
"Anak di atas 1 tahun makanannya sudah seperti orang dewasa, namun volumenya tentu berbeda tergantung berat badan, sempurnakan menyusui sampai 24 bulan. Periode 1000 HPK itu di dalam kandungan 280 hari, setelah lahir sampai 720 hari. Setelah umur 6 bulan harus ada makanan pendamping ASI," jelas dokter Hasto.
Baca juga: Kepala BKKBN Dorong Masyarakat Konsumsi Ikan Lele untuk Mencegah Stunting
Terakhir dokter Hasto kembali mengingatkan kepada para peserta mengenai pentingnya pola asuh sejak dini.
"Adek-adek kalau punya anak nanti harus dirawat penuh dalam 24 bulan. Karena apa? Setelah masa itu ubun-ubun akan menutup, sehingga pertumbuhan otak sudah berhenti. Maka, maksimalkan usia ini agar pertumbuhan anaknya optimal. Dan ingat jarak kehamilannya tiga tahun," ungkapnya ketika menutup sesi talkshow.
Diketahui, dalam pameran yang diadakan selama tiga hari (29 September-1 Oktober), digelar sejumlah stand Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berasal dari seluruh Indonesia. Dokter Hasto sempat mengunjungi beberapa stand dan mengapresasi kreativitas para pegiat UMKM. (*)