Hilirisasi Nikel di Pulau Obi: Manfaat dan Potensinya bagi Indonesia
Dengan melihat banyaknya manfaat dan cadangan nikel, hilirisasi pun menjadi krusial bagi Indonesia demi memperkuat perekonomian nasional maupun daerah
Penulis: Yosephin Pasaribu
Editor: Anniza Kemala
TRIBUNNEWS.COM - Saat ini, Indonesia tengah menjadi sorotan dunia. Selain diproyeksi akan mendominasi industri nikel global, Tanah Air kembali mencuri perhatian internasional berkat inovasi pengolahan dan pemurnian bijih nikel yang telah menghasilkan beragam produk turunan seperti nikel sulfat dan kobalt sulfat.
Sebagaimana diketahui, unsur logam yang satu ini memiliki peranan penting dalam mendukung pembuatan berbagai bahan industri. Mulai dari pembuatan baja antikarat (stainless steel), pembuatan baterai, kerangka otomotif, senjata militer, hingga dipakai sebagai campuran dalam pembuatan alat dapur dan besi baja.
Dengan melihat banyaknya manfaat dan cadangan nikel yang dimiliki, hilirisasi pun menjadi krusial bagi Indonesia demi memperkuat perekonomian nasional maupun daerah.
Salah satu daerah di Indonesia yang tengah merasakan dampak dari pengadaan hilirisasi nikel adalah Maluku Utara. Pasalnya, provinsi ini memiliki pabrik peleburan bijih nikel (smelter) berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leach (HPAL) di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
"Dengan adanya hilirisasi dari pertambangan kepada sektor manufaktur pengolahan bijih nikel menjadi HPAL, atau yang pada akhirnya adalah baterai, tentu berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja," ungkap Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede.
Baca juga: Menelisik Kiprah Hilirisasi Nikel Indonesia di Pulau Obi
Mendukung hal tersebut, berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik, Maluku Utara terbukti mencatatkan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Indonesia pada Triwulan II 2023, yakni sebesar 23,89 persen.
Lebih lagi, dengan adanya inovasi yang dilakukan oleh PT Trimegah Bangun Persada Tbk (TBP) atau dikenal dengan Harita Nickel lewat entitas asosiasinya, PT Halmahera Persada Lygend, Indonesia berkesempatan untuk masuk dalam rantai pasok pengembangan kendaraan listrik global.
Menurut Guru Besar Institut Teknologi Bandung, Prof. M. Zaki Mubarok, upaya Harita Group dalam pengadaan fasilitas smelter berteknologi RKEF dan HPAL ini patut diapresiasi. Sebab, pengaplikasian teknologi HPAL sendiri dinilai masih terbilang baru bagi Indonesia dalam konteks pengolahan bijih nikel, khususnya nikel laterit berkadar rendah yang memiliki kadar kobalt lebih tinggi.
Untuk mengetahui lebih detail terkait keunggulan fasilitas smelter yang dihadirkan oleh Harita Nickel, tim redaksi Tribunnews diberi kesempatan melihat langsung proses pengolahan bijih nikel sekaligus berbincang dengan Head of Technical Support PT Halmahera Persada Lygend dan Direktur Operasional Trimegah Bangun Persada.
Yuk, telusuri proses hilirisasi nikel dan ketahui potensinya bagi perekonomian Indonesia dengan menyaksikan video berjudul "Ekspedisi Hilirisasi Anak Bangsa" episode "Potensi Produk Hilirisasi" di Youtube Tribunnews ini!