Ketua Umum PP Muhammadiyah Anggap Lumrah Tetapkan 1 Ramadan Lebih Awal
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan lumrah jika Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan dan Idul Fitri juga Idul Asha duluan.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan lumrah jika Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan dan Idul Fitri juga Idul Asha duluan.
Baca juga: Jadwal Puasa Ramadan 2024 dari Muhammadiyah, Pemerintah, dan NU
Diketahui, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramahan 1445 Hijriah atau hari pertama puasa Ramadhan pada Senin, 11 Maret 2024.
Sementara awal bulan Syawal atau Idul Fitri, Muhammadiyah menetapkan jatuh pada Rabu, 10 April 2024 dan Iduladha pada hari Senin tanggal 17 Juni 2020.
Terkait penetapan ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan Muhammadiyah tidak bermaksud mendahului pihak manapun.
Menurut Haedar, pengumuman ini lumrah dilakukan oleh Muhammadiyah setiap tahunnya.
"Kenapa Muhammadiyah mengumumkan sekarang dan mungkin ada yang bertanya mendahului. Kami PP Muhammadiyah tidak mendahului siapapun. Jadi pengumuman dan maklumat ini hal yang lumrah terjadi pada setiap tahun," ujar Haedar dalam konferensi pers virtual, Sabtu (20/1/2023).
Baca juga: PP Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan Tahun Ini 11 Maret, Idul Fitri 10 April, Idul Adha 17 Juni
Haedar menjelaskan penetapan ini sama halnya dengan penetapan kalender hijriah dan kalender miladiyah atau masehi yang dilakukan tiap tahun.
Selain itu, Haedar mengatakan Muhammadiyah menggunakan metode penetapan 1 Ramadhan dan Idulfitri ini menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal.
Melansir situs Muhammadiyah, metode hisab mengacu pada gerak faktual Bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan kamariah berdasarkan pada kedudukan atau perjalanan bulan.
"Jadi maklumat atau pengumuman Muhammadiyah ini maklumat yang normal terjadi dan dilakukan karena kami menggunakan metode hisab, dengan metode khusus hisab hakiki wujudul hilal," jelas Haedar.
Dirinya berharap penetapan hari raya umat Islam ini tidak menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
"Penjelasan ini perlu kami sampaikan agar tidak lagi menjadi diskusi apalagi polemik, kok Muhammadiyah mendahului, karena tidak ada yang kami dahului dan sebaliknya juga tidak ada yang kami tinggalkan," pungkasnya.
Seperti diketahui, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal, tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta pada 10 Maret 2024 yakni (¢ = -07° 48′ LS dan l= 110° 21′ BT ) = +00° 56′ 28".
Artinya, hilal sudah terlihat dan awal Ramadan sudah dimulai sejak terbenamnya matahari pada 10 Maret 2024.
Saat matahari terbenam pada 10 Maret 2024, bulan berada di atas ufuk (hilal sudah wujud) kecuali di wilayah Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.
Sementara itu, untuk penetapan Idul Fitri 2024, PP Muhammadiyah menyatakan, tinggi bulan saat matahari tenggelam pada 9 April 2024 di Yogyakarta (¢=-07° 48′ LS dan l = 110° 21′ BT ) = +06° 08′ 28″ dan di wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk.
Hal ini menandai terlihatnya hilal yang menjadi rujukan 10 April 2024 sebagai awal bulan Syawal.