Sosok Abu Bakar Kogoya & Demianus Magay, Pentolan KKB Tewas Ditembak, Dimakamkan Siang Ini Jika . .
Rencananya siang ini jenazah Abu Bakar Kogoya dan demianus akan dimakamkan di sekitar lokasi di Utikini, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua pentolan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ditembak mati Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2024 bersama Satgas Amole 2024 dan Satgas Nanggala.
Keduanya adalah Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni dan Demianus Magay.
Mereka tewas setelah melakukan perlawanan terhadap petugas yang hendak melakukan penegakan hukum di wilayah Kali Kabur, Mile 69 Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Kamis (4/4/2024) sekitar pukul 15.00 WIT.
"Kedua anggota KKB aktif itu dinyatakan meninggal dunia usai dilakukan penegakan hukum oleh satgas Ops Damai Cartenz di sekitar Kali Kabur, Mile 69 Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika," ungkap Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz 2024 AKBP Bayu Suseno dalam keterangannya.
Baca juga: Sosok Defianus Kogoya, Anggota KKB Pelaku Pembakaran Puskesmas yang Bikin 13 TNI Jadi Tersangka
Bayu Suseno mengimbau bagi keluarga Abu Bakar Kogoya dan Demianus Magay atau masyarakat yang mengenalinya agar datang ke Posko Mile 66 dengan membawa bukti-bukti pendukung.
"Bagi masyarakat yang mengenali kedua jenazah KKB tersebut, atau pihak keluarganya yang ingin melihat jenazahnya dapat mendatangi Posko Mile 66," ujar Bayu Susatyo.
Bayu menjelaskan bahwa rencananya siang ini kedua jenazah akan dimakamkan di sekitar lokasi di Utikini, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika.
"Ya benar, apabila sampai dengan siang hari ini, Jumat (5/4/2024) tidak ada pihak keluarga yang datang, maka kedua jenazah akan kami makamkan di Utikini," kata Bayu.
Identitas 2 Anggota KKB yang Ditembak Mati
Diketahui Satgas Damai Cartenz 2024 berhasil melumpuhkan KKB di Tembagapura, Kamis (4/4/2024).
Mereka adalah Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni, usia sekitar 28 tahun.
Sesuai identitasnya, Abu Bakar Kogoya beralamat di Utikini, Distrik Tembagapura, Kabupaten Timika.
Kaops Damai Cartenz 2024 KBP Dr Faizal Ramadhani menjelaskan, Jumat (5/4/2024) kedua jenazah KKB telah berhasil diidentifikasi.
"Ya kemarin sudah saya publikasikan tentang Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni. Jabatannya dalam KKB adalah sebagai Komandan Operasi Umum Kodap 8 Intan Jaya, Papua Barat," ujar Faizal dalam keterangannya.
Baca juga: Catatan Kriminal dan Sosok Abu Bakar Kogoya, KKB yang Ditembak Mati Terlibat Sejumlah Penembakan
Faizal mengatakan, jenazah KKB yang kedua adalah Damianus Magay alias Natan Wanimbo.
Hal ini diketahui dari KTP yang melekat pada jenazah.
Demianus Magai lahir di Timika tanggal 24 Desember 2003, beralamat Lamopi Distrik Kwamki, Narama, Kabupaten Mimika.
Selain itu berdasarkan ciri-ciri fisik dan hasil kroscek dengan jaringan KKB kelompok Gusby Waker yang saat ini menjadi warga binaan di Lapas, bahwa jenazah KKB tersebut mereka kenal dengan nama Natan Wanimbo yang merupakan Komandan Operasi Umum wilayah Sorong sampai Merauke.
"Berdasarkan hasil pengecekan data e-ktp bahwa identitas jenazah memang sesuai dengan KTP tersebut. Kami juga sudah mengkonfirmasi dengan KKB jaringan Gusby Waker di dalam lapas, bahwa sehari-hari dikenal dengan nama Natan Wanimbo," jelas Faizal.
Sosok & Catatan Kriminal Abu Bakar Kogoya
Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni terlibat di sejumlah aksi penyerangan di Papua.
Tak hanya itu, Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni juga terlibat dalam rentetan aksi penembakan, seorang WNA jadi korbannya.
Ka Ops Damai Cartenz-2024, Kombes Pol Dr Faizal Ramadhani, mengatakan Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni, terlibat dalam sejumlah insiden atau aksi gangguan Kamtibmas yang terjadi di wilayah Intan Jaya dan Tembagapura.
"Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni memiliki peran dalam berbagai gangguan kamtibmas yang terjadi," ungkapnya dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Jumat (5/4/2024).
Penembakan Dua Brimob di Distrik Tembagapura
Peran pertama terjadi pada 21 Oktober 2017, Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni terlibat dalam penembakan terhadap anggota Brimob an Bharada Almin dan Brigadir Mufadol di mile 69 Distrik Tembagapura Kabupaten Mimika.
"Aksi tersebut mengakibatkan korban terkena peluru dan mengalami luka tembak di bagian perut kanan dan kaki kanan," tutur Ka Ops Damai Cartenz-2024.
Penembakan Mobil dan WNA
Aksi kedua terjadi pada tanggal 14 November 2017, Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni terlibat dalam penembakan terhadap mobil LWB di Mile 69 Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika yang mengenai bagian badan mobil dan paha kiri korban atas nama Raden Totok Soedewo.
"Tak berhenti disitu, pelaku kembali membuat aksi gangguan Kamtibmas pada tanggal 30 Maret 2020, dimana Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni terlibat penembakan warga sipil di Parkiran Gedung OB-1, alun-alun kuala kencana distrik Kuala Kencana Kabupaten Mimika."
"Insiden tersebut menewaskan 1 orang warga negara asing dan menyebabkan 2 orang lainnya terluka," lanjut Ka Ops.
Baca juga: Kasus Penganiayaan Anggota KKB Defianus Kogoya, Mahasiswa Manokwari Tuntut Keadilan HAM Bagi OAP
Aktif Kerap Berulah di Mimika
Selain itu, Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz-2024, AKBP Dr Bayu Suseno, saat dikonfirmasi mengatakan berdasarkan catatan kriminal di kepolisian, Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni adalah sosok KKB yang aktif terlibat dalam serangkaian aksi kekerasan yang mengancam keamanan di wilayah Mimika.
"Pengungkapan aksi kejahatan Abu Bakar Kogoya alias Abu Bakar Tabuni dan tindakan tegas yang dilakukan oleh Satgas Damai Cartenz-2024 adalah bagian dari upaya Polri untuk menegakkan hukum, melindungi warga, dan menjaga keamanan di wilayah Papua khususnya Mimika dari ancaman kelompok kriminal bersenjata," kata Bayu.
Sosok Demianus Magay
Mengutip PosKupang, Demianus yang memiliki nama lengkap Demianus Magay Yogi adalah Panglima Tertinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Mardeka (TPNPB OPM) atau afiliasi KKB Papua.
Demianus dituding sebagai salah satu agen TNI Polri yang masuk dalam organisasi Papua Merdeka.
Komnas TPNPB-OPM menyebut Damianus Magai Yogi agen TNI Polri.
Diketahui KKB Papua memiliki tiga sayap militer dengan misi yang sama, yakni memperjuangkan Papua Barat merdeka.
Pertama TPNPB-OPM dipimpin oleh Goliat Tabuni.
Kedua, TNPB dipimpin Fernando Worobay.
Ketiga, Tentara Revolusi Papua Barat (TRWP), dipimpin Matias Wenda.
TPNPB Tolak Keberadaan Demianus
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) tidak mengakui Benny Wenda, Presiden Sementara Pemerintahan Papua Barat (ULMWP).
Dalam keterangan tertulisnya pada Minggu 1 Januari 2023, Juru Bicara KOMNAS TPNPB, Sebby Sambom awalnya menyatakan mendukung Panglima TPNPB Goliat Tabuni.
Namun TPNPB menolak keberadaan Panglima West Papua Army (WPA) Damianus Magai Yogi.
Sebby Sambom mengatakan KOMNAS TPNPB menilai kubu Damianus Magai Yogi melakukan tindakan kriminal memanipulasi dokumen-dokumen Perang Pembebasan Nasional Papua.
Menurut Sebby Sambom, manipulasi dokumen perang pimpinan dan pasukan TPNPB-OPM di bawah komando Goliat Tabuni dan Lekagak Telenggen adalah tindakan kriminal.
"Dalam hal ini, kami perlu sampaikan bahwa tindakan kriminal Damianus Magai Yogi dan kelompoknya ini akan dipertanggungjawabkan setelah Papua Merdeka ataupun sebelum merdeka. Tindakan kriminal dengan cara manipulasi dokumen KOMNAS TPNPB adalah kejahatan internasional atas hak cipta," kata Sebby Sambom, dilansir dari akun Instagram westpapuanews mengutip Pos Kupang.
Sebby Sambom menegaskan, sayap militer OPM yang eksis berjuang di seluruh Tanah Papua adalah Komnas TPNPB-OPM di bawah pimpinan Goliat Tabuni dan Lekagak Telenggen.
Dia mengatakan bahwa West Papua Army didirikan Benny Wenda di Vanimo Papua Nugini.
Menurut Sebby Sambom, West Papua Army saat ini dipimpin Damianus Magai Yogi merusak persatuan dan perjuangan Papua Merdeka.
"Maka kami tidak akan mengakui. Kami tegas menolak kelompok Benny Wenda, Damianus Magai Yogi dan Menaseh Tabuni," tegas Sebby Sambom.
Demianus Magay Yogi langsung merespon pernyataan Sebby Sambom.
"Saya sangat mengapresiasi anda dan tidak pernah mengubah posisi yang anda tempatkan sendiri tanpa melalui forum manapun memilih anda menjadi Juru Bicara Tentara Papua Barat. Pekerjaan anda menengahi, anda bukan militer," ujar Damianus Magai Yogi, dilansir dari thetpnpbnews.com.
Dia menjelaskan bahwa kehadiran West Papua Army melanjutkan sejarah lama yang dibuka oleh orang tua.
"Orang tua saya dan saudara laki-laki saya berkorban dengan cara ini. Anda adalah sipil yang selalu menyerang saya. Saya masih mengatur pasukan saya di Ilaga, Puncak, Timika, Intan Jaya, Nduga, Deiyai, Dogiay, Paniai, Nabire, Fakfak dan Kaimana termasuk lapago," katanya.
"Kami tidak bertarung di media seperti Anda. Kami bertarung dalam pertarungan nyata, serang musuh di sana. Sebenarnya, saya generasi baru. Semua keluarga saya mati di jalan kebebasan ini, saya tidak akan mengkhianati mereka tetapi terus berjuang melawan musuh Indonesia. Kami menggunakan dokumen dan gerakan yang sama," tambah Damianus Magai Yogi.
Dia mengingatkan Sebby Sambom untuk berhenti mengganggunya.
"Saya ingatkan, Anda boleh berhenti mengganggu saya, saya akan menghentikan posisi fungsional Anda," ancam Damianus Magai Yogi.
Masa Kecil Demianus
Damianus Magai salah satu anak kandung dari Tadeus Yogi, tokoh TPN-OPM, kini dikenal sebagai TPNPB di Wilayah Adat Meepago, Papua.
Mengutip Pos Kupang, pada November 2021 lalu, Damianus Yogi menuturkan bagaimana kisah hidupnya.
Sejak kecil, ia menyaksikan perjuangan ayahnya melakukan perlawanan bersenjata melawan aparat keamanan TNI/Polri membuat kisah hidupnya tak pernah sama dengan kisah anak-anak pada umumnya.
Damianus Yogi yang lahir pada 1994 menjadi saksi bagaimana keluarganya selalu dalam ancaman.
Bila Demianus Yogi ingin menjumpai ayahnya yang berada di hutan, Demianus harus bersurat dulu.
Hal itu dilakukannya untuk mencegah risiko bagi ayahnya.
Demianus Yogi yang bersekolah di Paniai dulu bercita-cita ingin menjadi Tentara Perdamaian.
Namun situasi dan keamanan yang tidak kondusif membuat mimpinya kandas.
Di bangku kelas 5 SD, cita-cita itu pupus lantaran ia tidak bisa lagi melanjutkan sekolahnya, gara-gara ia dan ibunya menjadi incaran aparat.
Demianus mengenang, cita-citanya gagal tercapai bukan karena ia malas bersekolah, namun karena keselamatan dirinya selalu terancam.
Ia mengatakan apa yang dialaminya juga dirasakan oleh anak keturunan para tokoh OPM dan TPN lainnya.
"Di daerah lain di Papua, yang menyaksikan konflik hingga keluarga mereka tewas akibat ditembak aparat, juga merasakan hal seperti yang saya alami," katanya.
Demianus meyakini, sepanjang Indonesia masih menduduki Papua, Orang Asli Papua (OAP), khususnya anak-anak para tokoh OPM, tidak akan pernah mengalami hidup yang baik.
Demianus merasa, semenjak tahun 1961 hingga sekarang pemerintah Indonesia belum menganggap Orang Asli Papua sebagai bagian dari Indonesia.
Di pihak lain, TPNPB juga belum beranggapan bahwa Papua dan Orang Asli Papua adalah bagian dari Indonesia.