Kenapa usai Idul Fitri Banyak yang Menikah? Ada Apa dengan Bulan Syawal, Ternyata Ini Alasannya
Terungkap ternyata ini alasan kenapada setelah Idul Fitri banyak orang yang menikah di bulan Syawal, ada hubungannya dengan zaman jahiliyah
Penulis: Bangkit Nurullah
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Bulan Syawal merupakan salah satu bulan yang diingat oleh umat Islam.
Pasalnya pada 1 Syawal diperingati sebagai Hari Raya Idul Fitri.
Namun, ada fenomena lain yang tak kalah menarik untuk diulas yakni banyaknya orang menikah pada bulan Syawal.
Sehingga tak jarang kita mendapat begitu banyak undangan pernikahan selepas lebaran.
Lantas ada apa sebenarnya dengan bulan Syawal?
Usut punya usut hal ini ada hubungannya dengan zaman jahiliyah.
Melansir dari laman Kemenag, orang-orang jahiliyah meyakini bahwa bulan Syawal adalah pantangan untuk menikah.
Kemudian Nabi Muhammad SAW menampik keyakinan tersebut.
Sebagai bentuk penolakan beliau justru menikahi Sayyidah ‘Aisyah pada bulan Syawal, dan menggaulinya pada bulan Syawal.
Berikut ini teks hadisnya:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي.... متفق عليه
Baca juga: Apakah Puasa Syawal Bisa Digabung dengan Bayar Utang Puasa Ramadhan? Ini Penjelasannya
Artinya, “Dari Aisyah RA ia berkata, ‘Rasulullah SAW menikahi aku pada bulan Syawal dan menggauliku pertama kali juga pada bulan Syawal. Lalu manakah istri-istri beliau SAW yang lebih beruntung dan dekat di hatinya dibanding aku?’” (Muttafaq ‘Alaih).
Menurut Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, hadis ini mengandung anjuran untuk menikahkan, menikah, atau berhubungan suami istri pada bulan Syawal.
Dengan hadis ini pula para ulama dari kalangan madzhab Syafi’i menegaskan pandangan atas kesunahan hal tersebut.
Baca juga: 4 Keutamaan Melaksanakan Puasa Syawal: Jadi Perisai dari Api Neraka hingga Penghapus Dosa
Lebih lanjut, Muhyiddin Syaraf An-Nawawi menyatakan bahwa perkataan Sayyidah Aisyah RA di atas ditujukan untuk menyangkal kemakruhan menikah, menikahkan, atau berhubungan suami istri di bulan Syawal, yang telah menjadi praktik pada masa jahiliyah dan menguasai pikiran sebagian orang awam pada saat itu.