Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

5 Kejanggalan Kasus Tewasnya Brigadir RAT di Mampang, Benarkah Korban Bunuh Diri?

Brigadir RAT ditemukan meregang nyawa di dalam mobil Toyota Alphard di depan rumah pengusaha kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in 5 Kejanggalan Kasus Tewasnya Brigadir RAT di Mampang, Benarkah Korban Bunuh Diri?
Kolase Tribunnews/Ist
Anggota Satlantas Polresta Manado Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT) ditemukan tewas diduga karena bunuh diri dengan senjati api di dalam mobil Toyota Alphard hitam di Jalan Mampang Prapatan IV/ RT 010/02 Kelurahan Tegal Parang, Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT) masih menyisakan sejumlah pertanyaan.

Pihak keluarga, Kompolnas hingga pakar psikologi forensik menyisakan sejumlah keraguan terkait penyebab teewasnya Brigadir RAT.

Brigadir RAT ditemukan meregang nyawa di dalam mobil Toyota Alphard di depan rumah pengusaha kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Baca juga: Jenazah Brigadir RAT Disarankan untuk Diautopsi, Kompolnas Sebut demi Perjelas Penyebab Kematian

Seperti apa keraguan mereka? Berikut Tribunnews.com rangkum.

1. Ragu Tewas Bunuh Diri

Istri mendiang Brigadir Ridhal, Novita Husain, tidak percaya suaminya tewas karena bunuh diri.

Novita mengaku mengenal betul karakter suaminya itu.

"Kalau ada yang bilang almarhum bunuh diri saya tidak percaya karena saya sangat tau sifatnya seperti apa."

BERITA REKOMENDASI

"Almarhum sangat sayang anak-anak jadi tidak mungkin dia berbuat seperti itu," ujar Novita, Jumat (26/4/2024), dilansir Tribun Manado.

Perempuan yang akrab disapa Osin ini menjelaskan ia mendapatkan informasi dari bosnya yang ada di Jakarta kalau suaminya bunuh diri.

"Bosnya yang telepon katanya Ali bunuh diri di dalam mobil, saya kaget tapi sampai saat ini kami keluarga tidak percaya," tandasnya.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Bintoro menerangkan bahwa korban tewas setelah mengakhiri hidup.

Kesimpulan itu didapat berdasarkan rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.


Dalam rekaman CCTV, tampak mobil Alphard hitam awalnya berhenti lalu melaju pelan hingga menabrak mobil putih di dekatnya.

"Dari CCTV kami melihat gambaran kejadian dari peristiwa tersebut. Dari keterangan saksi, olah TKP dan didukung bukti yang ada dan alat bukti CCTV, kami mengambil kesimpulan sementara dugaan yang bersangkutan bunuh diri," kata AKP Bintoro

Baca juga: Polisi Periksa HP Brigadir RAT untuk Dalami Motif Bunuh Diri, Dugaan Pembunuhan Tak Ditelisik? 

2. Dugaan Intimidasi

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menilai kepolisian terlalu cepat menyimpulkan Brigadir Ridhal Ali Tomi meninggal dunia karena bunuh diri.

"Bagaimana mungkin pihak kepolisian dalam hanya sekian jam bisa langsung menyimpulkan bahwa ini merupakan peristiwa bunuh diri?" kata Reza dalam program Kompas Petang di YouTube Kompas TV, Sabtu (27/4/2024).

Reza menduga, bisa saja tewasnya Brigadir Ridhal lantaran senjata api (senpi) yang dimiliknya tidak sengaja meletus ketika mobil Toyota Alphard yang dikendarainya menabrak mobil lainnya di lokasi kejadian.

"Boleh jadi itu justru merupakan kecelakaan, betapapun sekali lagi, polisi tersebut meletuskan senjata dengan tangannya sendiri dan menembus kepalanya sendiri," tuturnya.

Kemudian, Reza meminta polisi, apabila memang penyebab tewasnya Brigadir Ridhal karena mengakhiri hidup, maka perlu dilakukan penelusuran lebih mendalam apakah apa yang dilakukan korban lantaran adanya dorongan atau paksaan dari pihak lain.

Jika dugaannya benar, dia mengungkapkan bahwa polisi bisa menjatuhi sanksi pidana kepada pihak yang mendorong Brigadir Ridhal untuk mengakhiri hidup dengan menembak kepalanya sendiri.

"Justru saya beranggapan, seandainya ditelusuri ke belakang seperti ada intimidasi, pengaruh, atau sejenisnya kepada personil tersebut, maka alih-alih menyebut ini sebagai peristiwa tunggal, maka boleh jadi ada peristiwa pendahuluan yang bisa jadi berkonsekuensi pidana."

"Yaitu seseorang yang mengkondisikan atau seseorang menyuruh orang lain untuk melakukan tindakan fatal sedemikian rupa," jelas Reza.

Baca juga: Tewasnya Brigadir RAT Agak Janggal, Kompolnas Bakal Klarifikasi Polda Sulut: Cuti Atau Di-BKO-kan?

3. Alasan Datang ke Jakarta

Dilansir dari tayangan Kompas TV, Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto mencurigai alasan Brigadir RAT datang ke Jakarta.

"Menjadi pertanyaan kami ada tiga, pertama, mengapa ini Polisi Manado datang ke Jakarta. Informasi sementara untuk cuti, tapi masih kami dalami. Karena kalau cuti kan pasti ada yang mengizinkan dan alasannya apa," ujar Albertus Wahyurudhanto.

Sementara itu, Komisioner Kompolnas Poengky Indarti mengatakan adapun terhadap Polda Sulawesi Utara pihaknya akan meminta penjelasan terkait kegiatan Brigadir RAT apakah sedang masa cuti ataukah dalam rangka perbantuan ke satuan kerja di wilayah Jakarta.

"Kompolnas juga akan melakukan klarifikasi ke Polda Sulawesi Utara terkait apakah Brigpol RA ke Jakarta dalam rangka cuti ataukah di BKO-kan di Satker (Satuan Kerja) atau Satuan Wilayah (Satwil) lain di Jakarta," kata Poengky.

Poengky pun mempertanyakan, kenapa Brigadir RAT yang diperbantukan untuk bertugas di wilayah lain dimana notabene anggota Polantas itu selama ini bertugas di wilayah Sulawesi Utara.

"Kalau almarhum BKO, mengapa harus diambil dari Sulut dan dalam penugasan apa?" ucap Poengky.

4. Tempat Kejadian Perkara

Rumah di Jalan Mampang Prapatan IV nomor 20 RT 10/RW 02, Jakarta Selatan menjadi saksi bisu kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi.

Tribunnews.com mencoba menelusuri siapa sosok pemilik rumah tersebut. Hasilnya, ternyata rumah lokasi tewasnya Brigadir Ridhal itu adalah milik politisi Partai Golkar sekaligus mantan Menteri Perindustrian di Kabinet Indonesia Bersatu, almarhum Fahmi Idris.

Satu sekuriti di perumahan persis samping rumah tersebut bernama Suryani mengonfirmasi bahwa rumah tersebut milik almarhum Fahmi Idris.

"Iya rumah Fahmi Idris," kata Suryani saat ditemui di lokasi, Sabtu (27/4).

Tribunnews.com sudah mencoba mengonfirmasi hal tersebut kepada anak Fahmi Idris yakni Fahira Idris.

Namun, hingga kemarin, anggota DPD RI dari DKI Jakarta itu belum memberikan jawaban soal kepemilikan rumah tersebut saat ini.

Berdasarkan penelusuran, rumah lokasi tewasnya Brigadir Ridhal itu kini ditempati seorang pengusaha batu bara bernama Indra Pratama.

Indra mengklaim jika rumah mewah tersebut merupakan rumah pribadinya sendiri.

"Rumah saya, rumah saya. Bukan (menyewa)," kata Indra kepada wartawan di depan rumahnya, Sabtu (27/4/2024).

Dia membenarkan jika Brigadir RAT memang sempat berkunjung dan tinggal di rumahnya tersebut selama sepekan sebelum tewas.

Namun dia menyebut jika kedatangan Brigadir RAT hanya untuk menjalin silaturahmi.

"Oh engga dia baru seminggu berkunjung di sini ya. Dia tujuannya ke sini untuk silaturahmi, tidak lebih dan tidak kurang," ungkapnya.

Baca juga: Istri dan Pengamat Ragu Brigadir Ridhal Tewas Bunuh Diri, Polisi Ungkap Alasan Simpulkan Dugaan

5. Pelat DPR di Alphard

Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI memastikan bahwa pelat nomor kendaraan dinas di mobil Toyota Alphard yang digunakan Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT) bunuh diri adalah palsu.

Ketua MKD DPR RI, Nazaruddin Dek Gam juga mengklaim mobil yang digunakan Brigadir RAT juga bukan mobil anggota DPR meski terpasang pelat dinas DPR.

"Itu bukan mobil DPR, itu mereka menggunakan pelat palsu. Di DPR tidak ada nomor seperti itu," kata Nazzarudin ketika dikonfirmasi, Minggu (28/4/2024).

Adapun klaim Nazaruddin yang mengatakan pelat nomor kendaraan itu palsu lantaran di mobil dinas DPR tidak ada yang menggunakan pelat nomor dengan angka 25.

Ia juga menjelaskan angka 25 yang tertera pada pelat mobil Alphard yang digunakan Brigadir RAT juga tak terdaftar untuk mobil dinas DPR.

"Di DPR adanya nomor anggota dan pimpinan. Nah nomor 25 itu tidak ada pimpinan sampai 25 orang," ucapnya.

Alhasil Nazaruddin pun berniat menindaklanjuti persoalan plat nomor palsu itu kepada pihak berwajib.

"Jadi jelas itu palsu, dan kami akan segera melaporkan ke kepolisian terhadap pemalsuan tersebut," pungkasnya.

DISCLAIMER: Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan mengakhiri hidup.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan mengakhiri hidup, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan mengakhiri hidup.

Kontak bantuan

Mengakhiri hidup bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Jika kalian mempunyai tendesi untuk bunuh diri atau butuh teman curhat, kalian dapat menghubungi kontak di bawah ini:

LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293)

Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh.

Jika semakin parah, disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

LSM Jangan Bunuh Diri adalah Lembaga swadaya masyarakat yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan jiwa.

Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap mental illness dan meluruskan mitos serta agar masyarakat paham bahwa bunuh diri sangat terkait dengan gangguan atau penyakit jiwa.

Kalian dapat menghubungi komunitas ini melalui nomor telepon (021 0696 9293) atau melalui email janganbunuhdiri@yahoo.com.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas