Taruna STIP Aniaya Junior hingga Tewas, Diduga Gara-gara Tak Terima Korban Lolos Mayoret
Pemicu pelaku lakukan penganiayaan terhadap juniornya diduga karena adanya rasa kecemburuan, sebab korban lolos seleksi mayoret dan dikirim ke China.
Penulis: Rifqah
Editor: Pravitri Retno W
"Ketika dilakukan upaya, menurut tersangka ini adalah penyelamatan, di bagian mulut, sehingga itu menutup oksigen, saluran pernapasan, kemudian mengakibatkan organ vital tidak mendapat asupan oksigen sehingga menyebabkan kematian," jelas Gidion.
"Jadi luka yang di paru itu mempercepat proses kematian, sementara yang menyebabkan kematiannya justru setelah melihat korban pingsan atau tidak berdaya, sehingga panik kemudian dilakukan upaya-upaya penyelamatan yang tidak sesuai prosedur," paparnya.
Kini pelaku dijerat pasal 338 KUHP tentang pembunuhan juncto pasal 351 KUHP tentang penganiayaan berat dan terancam hukuman 15 tahun penjara.
Kronologi Kejadian
Tewasnya Putu bermula saat mahasiswa tingkat dua sedang ada kegiatan belajar mengajar.
Sementara, mahasiswa tingkat satu sedang melakukan kegiatan olahraga.
Korban bersama empat temannya kala itu menuju ke kamar asrama untuk memanggil rekan-rekannya yang tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga.
Namun, saat akan kembali untuk mengikuti kegiatan olahraga, korban bersama empat rekannya itu bertemu dengan empat taruna tingkat dua atau seniornya tadi.
Para senior itu kemudian mengajak lima orang juniornya tersebut ke toilet, karena melihat korban dan keempat temannya melakukan kesalahan.
Kesalahan yang dimaksud itu adalah karena mereka mengenakan pakaian olahraga.
"Begitu turun, ketemu sama tingkat dua, mungkin ada yang salah, dilihatnya menggunakan pakaian olahraga, dipanggil senior-seniornya itu," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKBP Hady Saputra Siagian, di Mapolres Metro Jakarta Utara, Sabtu.
"Diajak (senior), 'ayo ikut saya'. Ketika bertemu antara taruna tingkat satu dengan taruna senior tingkat dua, melihat ada yang salah, (junior) suruh ikut ke kamar mandi," lanjut Hady.
Selanjutnya, lima orang junior termasuk korban masuk ke dalam toilet bersama empat orang senior.
Saat itu, pelaku sempat menyampaikan kalimat 'mana yang paling kuat?' kepada para juniornya.
Kemudian, korban yang merasa bahwa dia adalah ketua kelompok dari mahasiswa tingkat satu mengatakan, 'saya yang paling kuat'.