Taruna STIP Aniaya Junior hingga Tewas, Diduga Gara-gara Tak Terima Korban Lolos Mayoret
Pemicu pelaku lakukan penganiayaan terhadap juniornya diduga karena adanya rasa kecemburuan, sebab korban lolos seleksi mayoret dan dikirim ke China.
Penulis: Rifqah
Editor: Pravitri Retno W
Setelah itu, terjadilah penganiayaan dari senior terhadap juniornya, yakni Tegar kepada Putu.
Korban ini menjadi orang pertama yang mendapatkan pemukulan dari pelaku.
Ditegaskan Gidion, penganiayaan tersebut dilakukan dengan tangan kosong, tanpa alat apapun.
"Penindakan yang dilakukan ini menggunakan kekerasan tangan kosong, tidak menggunakan alat apa-apa, jadi pemukulan menggunakan tangan kosong," kata Gidion.
Tindakan kekerasan itu dilakukan secara eksesif dan berakibat fatal.
Gidion mengatakan, pemukulan di bagian ulu hati korban dilakukan sebanyak 5 kali.
Hal tersebut berlangsung hingga korban pingsan dan terjatuh.
Karena panik, para senior itu meminta rekan Putu atau empat orang mahasiswa tingkat satu tadi keluar dari toilet.
"Di kamar mandi itu ada 5 orang (junior), korban adalah yang mendapatkan pemukulan pertama dan yang empat (rekannya) belum sempat (ditindak senior)," ucapnya.
Mengetahui korban pingsan, pelaku bersama empar renannya tadi panik, kemudian membawa korban ke ruang kelas, yang berada di samping toilet tempat kejadian perkara (TKP).
Lalu, pelaku melakukan penyelamatan dengan memasukkan tangan di bagian mulut, tapi korban meninggal dunia.
Sebab, hal tersebut mengakibatkan organ vital korban tidak mendapatkan asupan oksigen.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Senior yang Pukuli Junior hingga Tewas di STIP Berdalih Hukum Korban, Baju Olahraga Jadi Alasan
(Tribunnews.com/Rifqah/Ibriza Fasti) (Tribunjakarta.com/Gerald Leonardo)