Kecelakaan di Subang, 11 Nyawa Melayang, Haruskah Study Tour Dilarang? Menteri Nadiem Belum Bersuara
Sejumlah pengamat minta Study Tour dievaluasi bahkan dilarang buntut kecelakaan rombongan SMK Lingga Kencana, Menteri Nadiem Makarim belum bersuara.
Penulis: Theresia Felisiani
"Jangan gelar acara foya-foya, tidak semua orang tua murid memiliki ekonomi yang bagus untuk membayar kegiatan itu. Apalagi saat siswa tidak ikut kegiatan ada diskriminasi yang dilakukan misalkan mengancam surat kelulusan tidak dikeluarkan atau bahkan menahan ijazah," terang Ubaid.
Baca juga: Duduk Dekat Sopir, Bu Guru Ceritakan Seketika Keceriaan Jadi Tegang, Murid Teriak Allahu Akbar
Dengan demikian, ia mendorong agar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengeluarkan kebijakan melarang sekolah menyelenggarakan kegiatan study tour.
"Itu kegiatan akal-akalan sekolah dan komite sekolah, yang kemudian dikait-kaitkmkan dengan kegiatan sekolah. Kenapa harus keluar sekolah, harus keluarkan dana, orang tua sampai berhutang. Jadi sebenarnya wisuda, study tour itu tidak ada hubungannya sama pendidikan, sama pembelajaran," kata dia.
"Kemudian ada hal-hal yang tidak disangka kita ucapkan belasungkawa, tapi tolong dinas pendidikan melarang kegiatan yang tidak ada faedahnya itu," tambah Ubaid.
Pengamat: Study Tour Sekolah Mesti Dievaluasi
Petaka maut study tour SMK Lingga Kencana Depok kini mendapat kecaman dari berbagai lapisan masyarakat karena menghilangkan belasan nyawa.
Banyak pihak mengecam bahwa kegiatan study tour harus dihentikan dari sekolah-sekolah di Indonesia lantaran dianggap berisiko, memberatkan, dan kurang bermanfaat.
Namun Executive Director Center for Education Regulations & Developent Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji menilai bahwa kegiatan study tour tak dapat dilihat secara hitam-putih, alias sebatas benar dan salah.
"Kita enggak bisa ngelihatnya hanya hitam dan putih gitu, artinya ini boleh itu gak boleh, ini baik atau buruk. Tergantung dari desain awalnya gimana, apa yang mau dibuat," kata Indra saat dihubungi, Minggu (12/5/2024).
Di satu sisi, kegiatan tersebut memang berpotensi dimanfaatkan untuk menggali keuntungan komersial bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Oknum-oknum tersebut biasanya mengambil keuntungan dengan membebankan biaya mahal dalam kegiatannya.
"Ada yang memang untuk kepentingan oknum-oknum pejabat sekolah, kepentingan komersial, nyari duit. Kalau itu saya tolak," ujarnya.
Selain keuntungan pribadi bagi oknum-oknum, tak jarang praktik kegiatan seperti study tour dilakukan untuk menutupi anggaran sekolah yang kurang.
Hal itu layaknya tambal sulam anggaran untuk operasional sekolah.
Padahal, orang tua/ wali murid kerap diberatkan dengan harga kegiatan yang harus dibayarkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.