Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perkuat Wawasan Tentang Studi Alquran, PTIQ Jakarta Selenggarakan Seminar Internasional

Universitas PTIQ Jakarta menyelenggarakan Seminar Internasional sebagai bagian dari rangkaian acara “1st PTIQ International Quranic Studies Conference

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Perkuat Wawasan Tentang Studi Alquran, PTIQ Jakarta Selenggarakan Seminar Internasional
ist
Penyelenggaraan Seminar Internasional di Auditorium Universitas PTIQ Jakarta, Selasa (25/6/2024). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas PTIQ Jakarta menyelenggarakan Seminar Internasional sebagai bagian dari rangkaian acara “1st PTIQ International Quranic Studies Conference” di Auditorium Universitas PTIQ Jakarta, Selasa (25/6/2024). 

Acara ini dilanjutkan dengan sesi diskusi paralel yang melibatkan para akademisi dan pakar dari berbagai disiplin ilmu.

Kegiatan ini juga disiarkan melalui Zoom Meeting dengan partisipan lebih dari 500 peserta dan juga melalui Live Streaming Youtube PTIQ TV dengan jumlah tayangan serentak sampai 1400 penonton.

Ketua Pelaksana Conference, Dr. Abd Muid Nawawi, dalam sambutannya menyatakan, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka membuktikan, bahwa kita adalah para penjaga Alquran.

Sambutan tersebut disambut hangat oleh para peserta yang hadir dari berbagai kalangan, baik akademisi, mahasiswa, maupun masyarakat umum.

Acara dibuka dengan Keynote Speech oleh Prof. Dr. M. Darwis Hude, Direktur Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta.

Dalam pidatonya, Prof Darwis Hude menyampaikan, dalam tradisi tafsir Alquran, jangan heran jika banyak pandangan yang tidak sama dengan pandangan umum. Beliau menekankan pentingnya keberagaman perspektif dalam memahami dan menafsirkan Alquran.

Berita Rekomendasi

Moderator acara, Zainal Abidin yang merupakan alumni PKU Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta, menjelaskan peraturan diskusi.

Setiap narasumber diberikan waktu 30 menit untuk menyampaikan paparan, kemudian masing-masing diberikan waktu 10 menit untuk membantah dan memberikan respons.

Narasumber pertama, Prof. Dr. Mun’im Sirry, Professor of Islamic Studies dari University of Notre Dame, USA, berargumen bahwa Al-Qur’an bukan hanya kalamullah tetapi juga kalam nabi. Ia menyatakan, Allah hanya mewahyukan maknanya, tetapi secara bahasa dinarasikan oleh Nabi.

"Kita kehilangan percakapan intelektual yang tidak mau melihat kompleksitas," kitanya.

Narasumber kedua, Muhammad Nuruddin, Director of Darul Archam Islamic Boarding School, Indonesia, membantah argumen Prof. Dr. Mun’im Sirry. Dengan mengutip dalil-dalil Alquran dan pendapat para ulama, beliau menyatakan bahwa rujukan-rujukan yang dikutip oleh Prof. Dr. Mun’im Sirry tidak tepat. 

“Tidak ada dalil Alquran yang digunakan oleh Prof. Dr. Mun’im Sirry. Kemudian, saya juga menyampaikan ayat Alquran yang mengancam mereka yang menyebutkan Alquran adalah ucapan manusia dengan neraka syakar," ujarnya.

Narasumber ketiga, Dr. Mikdar Rusdi, dosen dari Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan, Brunei Darussalam, cenderung sepakat dengan Muhammad Nuruddin.

Beliau menambahkan bahwa pengkajian tentang pemahaman Alquran haruslah berkaitan dengan kemajuan.

Dalam responsnya, Prof. Dr. Mun’im Sirry menyampaikan kritik terhadap pandangan Muhammad Nuruddin.

“Kesalahan Nuruddin adalah karena cara pandang yang salah, karena menurutnya cara pandang itu hanya ‘either or fallacy’, tanpa memikirkan pandangan alternatif. Selain itu, ayat tentang ancaman ‘neraka syaqor’ adalah ucapan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah ucapan nabi dan tidak berdasarkan wahyu, sedangkan saya dan juga para ulama yang berpendapat bahwa Alquran adalah kalamullah wa kalamu rasulillah berpandangan bahwa tetap, Alquran pun adalah kalamullah, berbeda dengan yang dituduhkan kaum musyrik," paparnya.

Menanggapi hal tersebut, Muhammad Nuruddin menegaskan kembali posisinya.

“Saya belajar ilmu logika tidak menemukan adanya either or fallacy yang ada justru hukum kontradiksi, bahwa dua hal yang bertentangan itu tidak mungkin terhimpun. Contohnya, apakah mungkin ‘ini PTIQ dan ini bukan PTIQ dan kemungkinan ketiga’. Jadi ketika ada pernyataan ini PTIQ, maka pernyataan ini bukan PTIQ itu salah," katanya.

Seminar ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, menunjukkan tingginya antusiasme dan minat peserta terhadap topik yang dibahas.

Diskusi paralel yang dilaksanakan setelah seminar utama juga berjalan dengan sukses, memperkaya wawasan para peserta mengenai studi Alquran.

Baca juga: PTIQ Wisuda 794 Mahasiswa, Nasaruddin Umar: Tetaplah Miliki Landasan Kuat pada Pengamalan Alquran

Acara ini diharapkan dapat terus memperkuat peran Universitas PTIQ Jakarta sebagai pusat studi Alquran terkemuka di dunia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas