Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Relawan Mer-C Ita: Baru Pertama Kali Dengar Ledakan Bom, Sempat Tertimpa Besi hingga Bengkak

Ita menyebut selama tugasnya di Gaza, suara ledakan bom dan rentetan tembakan selalu terdengar.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Relawan Mer-C Ita: Baru Pertama Kali Dengar Ledakan Bom, Sempat Tertimpa Besi hingga Bengkak
Reynas Abdila/Tribunnews.com
Ketua Tim/Bidan dan Perawat Bedah MER-C Ita Muswita berbagi kisahnya selama menjadi bagi dari tenaga kesehatan (nakes) Indonesia yang ditugaskan di Gaza. 

Boleh diceritain seperti apa saja yang Ibu lakukan saat bertugas di sana sebagai perawat bedah?

Karena kami ditempatkan, jadi dalam satu tim. Saya sendiri dan dua teman saya yang perempuan di rumah sakit El Hilal El Mirati itu rumah sakit rujukan persalinan terbesar di Gaza.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI) berhasil mengevakuasi Farid Zanzabil Al Ayubi, WNI relawan MER-C di Gaza ke Indonesia.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI) berhasil mengevakuasi Farid Zanzabil Al Ayubi, WNI relawan MER-C di Gaza ke Indonesia. (Kemlu RI)

Jadi karena posisi saat itu perang, pada saat posisi perang semua persalinan diarahkan ke rumah sakit itu.

Kemudian ada teman kami di rumah sakit Anajar, kemudian satu lagi, public health center itu, PHC itu di KL Sultan. Saya dan teman-teman saya itu, minggu satu dan kedua saya di kamar bedah.

Minggu berikutnya sampai selesai masa dinas saya di situ, tujuh minggu, saya di ruang persalinan. Dan teman-teman tuh gantian. Dua perawat bergantian aja. Jadi mereka ikut membantu di persalinan, ikut di perawatan.

Untuk rumah sakit rujukan itu sampai sekarang masih aman atau tidak karena kan kita sempat tahu ya kalau beberapa rumah sakit dibombardir?

Kalau untuk El Mirati sekarang tetap beroperasi tapi bukan rumah sakit rujukan lagi karena wilayah Rafah sudah mulai dikosongkan. Orang-orang bergerak ke Mawashi. Yang terakhir saya tinggal tuh di Mawashi. Jadi kita kan pertama datang tuh di KL Sultan.

BERITA REKOMENDASI

Kemudian pindah ke Musabbeh. Dari Musabbeh ada bom lagi di samping, pas di samping guest house kami. Kami pindah lagi ke Mawashi, sekarang di tepi pantai.

Jadi tiga kali pindah ya Ibu ya?

Iya, tiga kali pindah. Astagfirullahaladzim.

Berarti posisinya itu bom pada malam hari atau siang hari, lalu bagaimana ceritanya sampai akhirnya pindah?

Waktu itu Jumat tuh saya ingat banget, teman-teman pulang sholat. Kan disitu ada masjid dekat. Jadi teman-teman salat di masjid disana.

Paling jam 3 lah setelah selesai salat Jumat. Kebetulan saya lagi telepon sama officer kami yang di Jakarta. Bunyi bom seumur-umur saya baru tahu. Bom yang paling teriak selama ini kan, selama disana. Dengar rentetan senjata apa semua itu terdengar jelas. Cuma nggak ngeliat gitu loh.

Nah ini di samping guest house kami kaca-kaca semuanya hancur.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas