Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Relawan Mer-C Ita: Baru Pertama Kali Dengar Ledakan Bom, Sempat Tertimpa Besi hingga Bengkak

Ita menyebut selama tugasnya di Gaza, suara ledakan bom dan rentetan tembakan selalu terdengar.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Relawan Mer-C Ita: Baru Pertama Kali Dengar Ledakan Bom, Sempat Tertimpa Besi hingga Bengkak
Reynas Abdila/Tribunnews.com
Ketua Tim/Bidan dan Perawat Bedah MER-C Ita Muswita berbagi kisahnya selama menjadi bagi dari tenaga kesehatan (nakes) Indonesia yang ditugaskan di Gaza. 

Ibu posisi dimana saat bom itu apakah di dalam ruangan atau di mana?

Posisi saya itu di kamar pas di bawah hoarding. Kan kalau hoarding itu ada besinya tuh. Besinya itu nimpa saya dan nimpa kepala teman. Itu lumayan-lumayan tiga hari gitu bengkak.

Itu hari Jumat. Kejadiannya kurang lebih jam tiga atau setengah empat agak lupa saya. Langsung saat itu juga kita berkemas. Teman-teman pindah. Kebetulan kita memang sudah survei.

Kita jadi gini. Kita kan cepet tuh harus membaca situasi. Kalau mulai situasi udah mulai memanas. Artinya kita dengar serangan darat itu sudah jelas sekali. Kita nggak tahu dimana. Tapi karena setiap ada serangan darat kami hanya di guest house.

Itu aturan yang diberikan. Kita nggak boleh keluar setelah itu kami langsung observer guest house yang lain. Kita cari daerah yang aman. Jadi ada teman-teman itu cari guest house yang aman. Kira-kira kita harus declare daerah itu harus clean banget nih.

Jadi otoritas Israel, otoritas yang berlaku itu harus clear bahwa ini tidak boleh dibom. Aturannya sih begitu. Kenyataannya nggak juga. Yang kejadian Musabeh itu ya seharusnya sudah clear.

Akhirnya malam itu juga, sore itu juga kami pindah. Lumayan lokasinya kurang lebih, nggak pake macet ya. Satu jam. Karena kita kan harus kayak orang pindahan rumah. Karena yang kita takutkan biasanya serangan pertama diikutin serang berikutnya.

BERITA REKOMENDASI

Jadi kalau misalkan ada perpindahan dari relawan-relawan gitu, Israel tidak mau tau?

Nggak mau tau. Ya kalau ya memang mereka mau bombardir daerah itu ya dibombardir aja. Sama halnya rumah sakit, rumah sakit juga gitu kan. Padahal rumah sakit adalah zona yang harusnya bersih. Nggak juga, kenyataannya rumah sakit kena.

Tapi ibu setelah pertama kali mendengar bom, ada kekhawatiran gitu pengen pulang atau ketakutan gitu kan? Gimana?

Ketika pertama kali berangkat, kita tuh udah dikasih tahu kemungkinan yang akan terjadi. Jadi kayaknya ya sudah mengambil risiko saja. Sampai bicara begini tapi nanti kita disholatin kan, ya sudah aman gitu.

Jadi kayaknya nggak usah nunggu di sini, di Jakarta juga bisa ketabrak bisa mati. Lebih kepada ikhlas saja.

Tapi untuk keputusan menjadi relawan ini kan sulit ya ibu ya? Pihak keluarga sendiri gimana menanggapi ibu yang memutuskan menjadi relawan?

Saya jadi relawan itu dari tahun 2006, kebetulan ikut semua, hampir ikut kegiatan-kegiatan MER-C dari keluarga nggak pernah ada masalah malahan mendukung.

Malah kadang-kadang dulu waktu ibu saya masih hidup, ibu saya suka ngasih info. Saya kan memang nggak punya TV dan saya jarang sekali nonton TV. Jadi ibu saya bilang, di sana ada bencana, kamu nggak pergi.

Malah ibu saya yang tahu. Baru saya kontak MER-C, kemudian MER-C kasih tahu sedang persiapan.

Di momen apa yang membuat ibu akhirnya tergerak menjadi relawan?

Indonesia, gudang bencana ya kalau nggak kita siapa lagi. Kebetulan Allah kasih saya di bidang kesehatan. Di MER-C kita nyebutnya jihad profesi. Hanya itu yang bisa kita kasih. Untuk dana, untuk apa. Kami punya keterbatasan.

Tapi alhamdulillah kita diberikan profesi yang insya Allah bisa bantu saudara-saudara kita itu.

Ini juga saya, kadang-kadang sebenarnya nggak mau cerita gitu. Takut timbulnya antara ria atau apa.

Karena yang kita lakukan tuh nggak separah apa yang dirasakan teman-teman kita bertahan di Gaza.

Orang Gaza itu bertahan dari mereka kecil sampai mereka dewasa. Itu tuh, kita tuh nggak ada apa-apanya. Adi kalau keikhlasan ya, ya ikhlasan saja lah. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas