5 Nahdliyin Temui Isaac Herzog, Gus Yahya: Yang Mengajak NGO, Advokat dari Israel
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, buka suara perihal tindakan lima Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya, buka suara perihal tindakan lima Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Menurut Gus Yahya, setelah menggali informasi terkait hal ini, diketahui bahwa yang mengajak dan mengkonsolidasikan lima cendekiawan NU ke Israel adalah dari Non-Governmental Organization (NGO).
Yakni NGO alias Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang merupakan advokat dari Israel.
"Yang mengajak, dari informasi setelah saya tanya, ini memang dari satu channel NGO yang merupakan advokat dari Israel," ucap Gus Yahya dalam keterangan persnya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2024), dilansir YouTube TVNU.
Gus Yahya membeberkan, NGO yang beroperasi sebagai advokat Israel ada di mana-mana, di seluruh dunia.
"Jadi, memang ada di mana-mana di dunia ini ada NGO-NGO yang memang beroperasi sebagai advokat Israel."
"Jadi, yang membantu citra Israel, melakukan lobi untuk kepentingan Israel dan lain sebagainya. Ini yang mengajak mereka dan mengkonsolidasikan mereka. Memang canggih sekali caranya," terangnya.
Dan ketidasensitifan dalam memahami situasi dan memberikan respons terhadap ajakan NGO yang menjadi advokat Israel, jelas Gus Yahya, pada akhirnya menimbulkan masalah.
"Ini sudah sering kali begini, baik di Indonesia, di belahan dunia lain, di Irak dan lain sebagainya, mereka (NGO) melakukan hal begini. Karena tidak sensitif, kemudian justru menimbulkan masalah," ungkapnya.
Gus Yahya Minta Maaf
Pada kesempatan itu, Gus Yahya turut meminta maaf atas tindakan lima Nahdliyin yang bertemu dengan Isaac Herzog.
Baca juga: Israel Tetapkan Status Siaga di Eilat, IDF Kirim Pasukan Besar dan Helikopter Takut Milisi Menyusup
Kelima orang yang menemui Isaac Herzog itu adalah Zainul Maarif, Syukron Makmun, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania.
"Saya mohon maaf pada masyarakat luas seluruhnya bahwa ada beberapa orang dari kalangan Nahdlatul Ulama yang tempo hari pergi ke Israel melakukan engagement di sana."
"Kami mengerti dan merasakan hal yang sama bahwa hal ini adalah sesuatu yang tidak patut di dalam konteks suasana yang ada saat ini," kata Gus Yahya.
Lebih lanjut, Gus Yahya menerangkan bahwa pihaknya telah memperoleh konfirmasi dari lembaga-lembaga di bawah naungan NU mengenai kunjungan tersebut.
Ia menyebut, kunjungan itu tanpa sepengetahuan dari lembaga yang bersangkutan.
"Tidak ada mandat kelembagaan, tidak ada pembicaraan kelembagaan sehingga yang dilakukan oleh anak-anak yang berangkat ke Israel tempo hari itu adalah tanggung jawab mereka pribadi dan tidak terkait dengan lembaga," ucapnya.
Ia juga memastikan pihaknya akan menjatuhkan sanksi terhadap lima tokoh Nahdliyin tersebut.
"Soal sanksi kami serahkan, jelas dari PWNU DKI akan melakukan proses dan akan diberi sanksi, aturan kita sudah jelas dan cukup rinci," ucapnya.
MUI Beri Kritik
Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, menilai pertemuan lima anggota NU dengan Isaac Herzog tidak layak terjadi di tengah genosida terhadap warga Palestina oleh Israel.
"Saya sangat menyesalkan sekali ada aktivis muda NU pergi ke Israel. Sangat memprihatinkan saat puluhan ribu warga Palestina dibunuh secara bengis dan menjijikkan oleh Israel, lima aktivis ini bertemu Presiden Israel."
"Semua warga bangsa Indonesia memang berhak bahkan wajib membela Palestina," kata Sudarnoto kepada Tribunnews.com, Senin (15/7/2024).
Sudarnoto meminta mereka tidak mengabaikan konstitusi.
Menurutnya, kelima kader NU tersebut telah melanggar konstitusi dengan bertemu Presiden Israel.
"Jangan abaikan konstitusi. Mereka melanggar konstitusi. Menteri luar negeri RI saja tidak pernah melakukan seperti itu."
"Apa mereka tidak paham bahwa Indonesia tidak punya Hubungan diplomatik dengan Israel?"
"Apa mereka enggak paham bahwa pemerintah Indonesia tidak akan pernah membuka Hubungan diplomatik dengan Israel sepanjang mereka masih menjajah? Apa mereka juga tidak mengerti konstitusi RI," tutur Sudarnoto.
Ia lantas mempertanyakan kepergian para aktivis muda NU ke Israel, apakah sengaja melanggar konstitusi.
"Kalau mereka mengerti dan pergi ke Israel, arti mereka sengaja melanggar dan menantang konstitusi."
"Mereka tidak punya kepekaan sama sekali dan harus minta maaf secara terbuka," ucapnya.
Situasi di Palestina
Sebagai informasi, situasi di Palestina memanas sejak 7 Oktober 2023 silam.
Berdasarkan data dari Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS), per Minggu (14/7/2024), ada sebanyak 39.158 warga Palestina meninggal dunia akibat serangan yang dilakukan oleh Israel.
Sementara itu, 94.181 orang lainnya mengalami luka-luka.
(Tribunnews.com/Deni/Yohanes)