Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil Rektor UII Fathul Wahid, Dipuji Mahfud MD karena Minta Gelarnya Disembunyikan

Rektor UII, Fathul Wahid mendapat pujian dari Mahfud MD karena meminta gelarnya disembunyikan dan enggan dipanggil dengan sapaan Prof. Ini profilnya.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Profil Rektor UII Fathul Wahid, Dipuji Mahfud MD karena Minta Gelarnya Disembunyikan
Kolase Tribunnews.com
Rektor UII, Fathul Wahid (kiri) mendapat pujian dari Pakar Hukum Tata Negara, Mahfud MD (kanan) karena meminta gelarnya disembunyikan dan enggan dipanggil dengan sapaan Prof. Ini profilnya. 

TRIBUNNEWS.COM - Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid mendapat pujian dari Pakar Hukum Tata Negara, Mahfud MD.

Pujian itu dilayangkan Mahfud MD, karena Fathul Wahid meminta gelar akademik yang melekat pada namanya disembunyikan dalam sejumlah dokumen di kampus UII.

Adapun nama Fathul Wahid, lengkap dengan gelarnya adalah Prof. Fathul Wahid S.T., M.Sc., Ph.D.

Menurut Mahfud, sikap terbuka Fathul bagus sebagai bentuk protes terhadap banyaknya profesor abal-abal saat ini.

"Sekarang ini inflasi profesor abal-abal sehingga perlu ditegur secara moral seperti yang dilakukan Pak Fathul. Kita dukung ini," kata Mahfud dalam keterangan tertulis, Jumat (19/7/2024).

Lantas, seperti apakah sosok Fathul Wahid? Ini profilnya seperti dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.

Profil Rektor UII, Fathul Wahid

Fathul Wahid rektor UII profil
Rektor UII, Fathul Wahid mendapat pujian dari Mahfud MD karena meminta gelarnya disembunyikan dan enggan dipanggil dengan sapaan Prof

Fathul Wahid adalah seorang akademisi kelahiran Jepara pada 26 Januari 1974. Sehingga saat ini, usianya 50 tahun.

BERITA TERKAIT

Ia menjabat Rektor UII untuk periode 2018-2022 dan 2022-2026. Fathul Wahid tercatat sebagai rektor termuda kedua di UII.

Dalam periode kepempinannya sebagai rektor, UII mendapatkan akreditasi unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

Dikutip dari uii.ac.id, Fathul Wahid pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri periode 2006-2010 sebelum menjadi rektor.

Pakar di bidang sistem dan teknologi informasi itu juga tercatat sebagai dekan termuda di UII.

Baca juga: Mahfud MD Menilai Rektor UII Minta Gelarnya Disembunyikan Bentuk Protes Banyaknya Profesor Abal-abal

Masa kecil Fathul Wahid dihabiskan di Jepara dengan menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Teluk Wetan III, Welahan dan lulus pada 1986.

Setelah lulus SD, ia pun melanjutkan pendidikan menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kudus, kemudian lulus pada 1989.

Fathul Wahid mengenyam pendidikan menengah atas di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta dan lulus pada 1992.

Lulus SMA, Fathul Wahid kuliah di Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pada 1997.

Usai mendapat gelar Sarjana Teknik (S.T.) dari ITB, ia pun melanjutkan pendidikan magister atau Strata Dua (S2) di Department of Information Systems, University of Agder, Kristiansand, Norwegia.

Fathul Wahid lulus pada 2003 dari University of Agder dan mendapatkan gelar Master of Science (M.Sc.).

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan doktor atau Strata Tiga (S3) di Department of Information Systems University of Agder dan lulus pada 2013.

Selama mengabdi di UII, Fathul Wahid juga mendapatkan sejumlah penghargaan.

Yaitu, Dosen Terproduktif Kedua 2004, Dosen Berprestasi Terbaik Kedua 2015, dan Dosen Berprestasi Terbaik Kedua 2017.

Ia juga menerima penghargaan dari Brunel University, Inggris, kategori Best Paper Award, Transforming Government Workshop 2012

Fathul Wahid pun dinobatkan sebagai nominasi The Most Compelling, Critical Research Reflection, EGOV 2012 Conference tahun 2012 oleh The International Federation for Information Processing (IFIP) Working Group 8.5 University of Washington.

Pada 2015, ia juga kembali dinobatkan sebagai nominasi The Most Compelling, Critical Research Reflection, EGOV 2015 Conference oleh 2015 IFIP Working Group 8.5.

Pada 30 Mei 2022, Fathul Wahid menerima jabatan profesor karena menjadi Guru Besar bidang Ilmu Sistem Informasi.

Enggan Dipanggil Profesor

lihat fotoPostingan Rektor UII, Fathul Wahid yang meminta agar dirinya tidak dipanggil dengan sapaan
Postingan Rektor UII, Fathul Wahid yang meminta agar dirinya tidak dipanggil dengan sapaan "Prof", melainkan Fathul, Dik Fathul, Kang Fathul, Mas Fathul, atau Pak Fathul.

Pengakuan Fathul Wahid yang enggan dipanggil dengan sapaan "Prof" disampaikannya melalui akun Facebook pada Kamis (17/7/2024).

Fathul Wahid meminta agar dirinya dipanggil dengan sapaan Fathul, Dik Fathul, Kang Fathul, Mas Fathul, atau Pak Fathul.

"Dengan segala hormat, sebagai upaya desakralisasi jabatan profesor, kepada seluruh sahabat, mulai hari ini mohon jangan panggil saya dengan sebutan "prof."

Panggil saja: Fathul, Dik Fathul, Kang Fathul, Mas Fathul, atau Pak Fathul. Insyaallah akan lebih menentramkan dan membahagiakan. Matur nuwun," tulisnya.

"Para sahabat profesor yang setuju, ayo kita lantangkan tradisi yang lebih kolegial ini. Dengan desakralisasi ini, semoga jabatan profesor tidak lagi dikejar oleh banyak orang, termasuk para pejabat dan politisi, dengan menghalalkan semua cara," tambah Fathul Wahid.

Sehari kemudian, Kamis (18/7/2024), keluar surat edaran terkait penandatanganan surat, dokumen dan produk hukum ditujukan untuk pejabat struktural di lingkungan UII

Dalam surat tersebut, disampaikan seluruh korespondensi surat, dokumen, dan produk hukum selain ijazah, transkrip nilai, dan yang setara itu dengan penandatangan rektor yang selama ini tertulis gelar lengkap 'Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.' agar ditulis tanpa gelar menjadi 'Fathul Wahid'.

Pada surat itu, disebutkan juga alasannya. Rektor UII ingin menguatkan atmosfer kolegial dalam tata kelola perguruan tinggi.

Fathul Wahid membenarkan, surat edaran itu telah ditandatanganinya. Ia mengatakan, sudah lama, gelar akademik yang disandang itu tak perlu dituliskan.

"Upaya itu sudah saya lakukan sejak lama ya, sejak saya dikukuhkan menjadi profesor. Saya anggap itu berkaitan dengan jabatan akademik dengan tanggung jawab besar, alih-alih menjadi berkah," kata dia, dikutip dari TribunJogja.com.

Dia mengatakan, gelar itu memiliki tanggung jawab akademik dan moral yang dinilai kurang relevan untuk dicantumkan di dalam dokumen-dokumen termasuk di kartu nama.

Meski demikian, dikatakan Fathul, itu adalah pendapat personal dan ia tak bisa memaksa orang untuk mengikuti jejaknya.

"Saya hanya mencoba menjadikan ini sebagai gerakan kultural, kalau ini bersambut maka itu akan sangat baik, sehingga jabatan profesor ini lebih dianggap sebagai amanah," terangnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Rektor UII Emoh Dipanggil Profesor, Fathul Wahid: Itu Amanah, Tak Perlu Glorifikasi

(Tribunnews.com/Sri Juliati/Gita Irawan) (TribunJogja.com/Ardhike Indah)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas