Kebiasaan Pemilahan di Rumah Tangga Dinilai Menjadi Kunci Penanganan Sampah di Indonesia
pemerintah Indonesia akan menutup semua TPA open dumping pada tahun 2030 dan fokus pada controlled landfill atau sanitary landfill.
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Kebiasaan Pemilahan di Rumah Tangga Dinilai Menjadi Kunci Penanganan Sampah di Indonesia
Nicolas Manafe/TRIBUNNEWS.COM
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberhasilan pemilahan sampah rumah tangga dinilai sangat menentukan pengurangan aliran sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) serta meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah.
Presiden INADATA Consulting Elwin Tobing dalam keterangan yang diterima, Rabu (24/7/2024) mengungkapkan upaya pemilahan sampah rumah tangga bisa diaplikasikan di Indonesia dan menjadi kunci penanganan sampah yang masih menjadi persoalan hingga saat ini.
Elwin Tobing mengungkapkan hal tersebut dalam Workshop Waste Management Ecosystem yang digelar di University of California Amerika Serikat.
Workshop yang berlangsung dari 13 hingga 21 Juli 2024 ini diikuti oleh pimpinan beberapa kota Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Program tersebut bertujuan meningkatkan kapasitas pimpinan daerah dalam penanganan sampah dari hulu hingga hilir, termasuk daur ulang dan pendidikan masyarakat, dengan belajar praktik terbaik dari AS.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Penanganan Sampah Kementerian LHK, Novrizal Tahar.
Dalam paparannya tentang strategi pengelolaan sampah di Indonesia, Novrizal mengatakan pemerintah Indonesia akan menutup semua TPA open dumping pada tahun 2030 dan fokus pada controlled landfill atau sanitary landfill.
Menurutnya, mengurangi aliran sampah ke TPA dengan meningkatkan daur ulang serta pengomposan adalah langkah penting untuk mencapai hal ini.
“Program seperti INADATA sangat penting bagi para pimpinan daerah dan pengambil kebijakan di Indonesia untuk memahami leverage dan langkah yang perlu diambil untuk bersaing secara global. Daerah Orange County dengan volume sampah dua kali Jakarta bisa menangani sampah mereka secara efisien dan bersih lingkungan. Hal-hal seperti ini yang bisa kita pelajari,” kata Novrizal Tahar.
Terkait hal itu, pogram INADATA yang didukung oleh Menteri KLHK juga mencakup studi lapangan ke TPA Frank Bowerman di Irvine, yang merupakan TPA yang direkayasa dengan teknologi canggih untuk pengelolaan sampah yang aman dan efisien secara lingkungan.
“Meski TPA ini masih bisa beroperasi sampai 45 tahun ke depan, tetapi TPA harus menjadi alternatif terakhir, bukan yang pertama, dalam penanganan sampah,” kata Manajer TPA Frank Bowerman, David Tieu.
Peserta workshop juga melakukan studi ke Republic Services Recycling Center di Las Vegas, pusat pemilahan daur ulang terbesar di Amerika Serikat yang mampu memilah sampah daur ulang sebanyak 2 juta ton per tahun dengan efisiensi 56 persen.
Sampah yang masuk berhasil dipilah menjadi bahan akhir untuk didaur ulang.
Efisiensi tersebut sangat tergantung kebiasaan masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga mereka.
Direktur Sampah dan Daur Ulang Orange County, California Tom Koutroulis menjelaskan di California sendiri ditargetkan aliran sampah ke TPA akan berkurang drastis.
Salah satu upaya mencapainya adalah dengan pengurangan pembuangan sampah organik sebesar 75% dari level tahun 2014 pada tahun 2025.
“Orange County berpenduduk 3,2 juta dan memproduksi 16,5 ribu ton sampah setiap harinya. Tetapi, kami sudah berhasil mencapai target tersebut, terutama karena partisipasi rumah tangga memilah sampah mereka. Jadi kunci keberhasilan penanganan sampah adalah di hulunya,” kata Tom.
Lebih lanjut, Tom Koutroulis menjelaskan selain ketersediaan infrastruktur pengolahan sampah menjadi kompos yang layak dari sisi skala ekonomi, kampanye pendidikan pengurangan dan pemilahan sampah yang secara terus menerus kepada masyarakat adalah hal yang krusial.
Hal itu bisa dilakukan melalui sekolah-sekolah dan berbagai institusi sosial lainnya.