Kisah Petinju Amatir Jadi Taruni Akpol: Ayah Ibu Tak Bayar Sepeserpun
Motivasinya menjadi Taruni Akpol bulat dan tak muluk-muluk: ingin memperoleh pendidikan gratis agar tak jadi beban orang tua.
Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Muhammad Zulfikar
Seleksi masuk Akpol sendiri dinilai Regin sudah transparan karena banyak memanfaatkan teknologi.
Di antaranya saat tes jasmani yang menggunakan sensor.
"Kemarin itu jasmani semuanya sudah pakai sensor semua, menurut saya ini bagus, itu ke itu berlaku untuk semua peserta. Dan sebelum tes pakai alat, selalu ada gladi bersihnya untuk kita. Lalu saat CAT, soalnya diacak dan nilainya langsung muncul setelah selesai," katanya.
Baca juga: 13 Daftar Alumni Akpol 91 Baru Saja Purnatugas, Seangkatan dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Transparansi itu ternyata menambah motivasi Regin untuk terus mencoba, mengingat dirinya berasal dari keluarga sederhana yang tidak mampu jika harus mengeluarkan bayaran-bayaran.
"Kalau saya mengalami, tidak akan saya mau berusaha sampai tiga kali seleksi Akpol," katanya.
"Ayah saya dulu satpam, tapi pensiun jadi satpam, sekarang kerja di pabrik pakan udang. Kalau ibu saya pedagang sembako di pasar, toko biasa, toko kecil," katanya lagi.
Proses seleksi yang transparan juga disyukuri oleh ibunda Regin, Nila.
Menurutnya, dia yang hanya seorang pedagang sembako takkan mampu jika harus membayar.
"Puji Tuhan karena ini proses transparan, makanya Regin maju, maju terus. Ditanya habis berapa M (miliar rupiah-red). Lah wong saya saja tukang warung, wong Rp 500 perak, Rp 1000 perak saja saya pungut ibaratnya," kata Nila.
Tak hanya Nila, Handoko sebagai ayah Regin juga kerap ditanyai orang di sekitarnya soal biaya yang dikeluarkan sehingga Regin lolos seleksi Akpol.
Baca juga: Diaspora Lembata Sedunia Minta Kapolri Bentuk Tim Investigasi Hasil Seleksi Casis Akpol di Polda NTT
Dia dengan yakin berujar bahwa tak ada biaya yang dikeluarkan untuk Regin seleksi Akpol.
Handoko bahkan meminta bantuan Ketua RT untuk memotivasi anak-anak muda di lingkungannya.
"Bahkan ketika Pak RT datang ke rumah saya, menyampaikan surat Pemilu, itu sempat bertanya, 'Habis banyak Pak Handoko?' pakai bahasa lokal. Ya saya bilang, 'Pak sekalian saja saya mau titip ke bapak selaku pamong di sini, sampaikan ke warga sekitar sini karena banyak anak-anak yang berpotensi. Karena soal Regina, tidak sedikit pun kami mengeluarkan biaya,'" ujar Handoko.
Kisah perjuangan Regin ini hanyalah satu dari ratusan taruna-taruni Akpol yang lolos pada tahun 2024.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.