Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil Wage Rudolf Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya yang Wafat di Tanggal 17 Agustus

Profil Wage Rudolf Supratman atau WR Supratman dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Profil Wage Rudolf Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya yang Wafat di Tanggal 17 Agustus
Kemendikbud
Profil Wage Rudolf Supratman atau WR Supratman dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. 

Setahun kemudian, ia pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan Surat Kabar Sin Po.

Sejak saat itu, ia rajin menghadiri rapat-rapat organisasi pemuda dan rapat-rapat partai politik yang diadakan di Gedung Pertemuan di Batavia, sejak saat itulah WR Supratman berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Momen Indonesia Raya Diperdengarkan

Pada kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928, WR Supratman ikut terlibat dan untuk pertamakalinya. Ia memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan iringan gesekan biolanya di depan seluruh peserta kongres.

Momen itu terjadi sebelum dibacakannya Putusan Kongres Pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Setelah dilaksanakannya Kongres Pemuda Kedua, kehidupan WR Supratman tidak lagi tenang karena dimata-matai oleh polisi Belanda dikarenakan kata “Merdeka, Merdeka” pada lagu karangannya tersebut. Sehingga pada tahun 1930 Pemerintah Hindia Belanda melarang rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya di depan umum.

Tahun 1933-1937 ia berpindah-pindah tempat dari Jakarta ke Cimahi, lalu ke Pemalang.

Hingga pada bulan April 1937, ia dibawa oleh kakaknya, Rukiyem Supratiyah ke Surabaya dalam keadaan sakit.

Momen-momen Terakhir sebelum Wafat

Berita Rekomendasi

Kepulangan WR Supratman di Surabaya diketahui oleh teman-teman seperjuangannya.

Mereka datang menjenguk WR Supratman yang masih lemah setelah sakit.

Pada tanggal 7 Agustus 1938, WR Supratman ditangkap Belanda di studio Radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep).

WR Supratman ditangkap lantaran lagunya yang berjudul “Matahari Terbit” dinyanyikan pandu-pandu Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) di radio tersebut.

Hal itu dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang.

Sempat ditahan, WR Supratman kemudian dilepas setelah Belanda tidak dapat menemukan bukti-bukti bahwa dirinya bersimpati kepada Jepang.

Kondisi kesehatannya pun semakin menurun, pada 17 Agustus 1938 (Rabu Wage), WR Supratman meninggal dunia di usia 35 tahun.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas