Penjual Tramadol Kerap Berpindah Tempat, Jika Sudah Terendus Langsung Tutup
Pelajar sekolah pun bisa dengan mudah membeli tramadol di toko-toko pinggir jalan
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peredaran obat-obatan yang tergolong kategori narkoba dan obat keras sudah beredar luas. Bahkan pelajar sekolah pun bisa dengan mudah membelinya di toko-toko pinggir jalan.
Baca juga: Tramadol Golongan Narkoba Dijual Bebas di Toko Obat, Harga Satuan Rp 8.000
Baru-baru ini polisi membongkar penjualan obat terlarang yang berkedok toko alat listrik di Jatiasih, Kota Bekasi. Ternyata toko tersebut dikelola oleh seorang mahasiswa berinisial RP.
Tidak hanya di Jatiasih saja, toko obat di Jalan Raya Pertamina Desa Kedungjaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat juga dikomplain warga lantaran kerap didatangi pelajar SMA. Usut punya usut toko tersebut ternyata menjual obat jenis tramadol dan hexymer.
Penelusuran Tribun, toko yang menjual obat-obatan jenis tramadol dan hexymer juga ditemukan di daerah Jalan Belut Raya Kayuringin, Bekasi Selatan, Jawa Barat. Lokasi persisnya tidak jauh dari Kompleks Perumnas 1 Bekasi dan Puskesmas Bekasi Selatan. Jika ingin mudah mencarinya patokannya belakang ruko laundry Rewash atau tempat cuci pakaian.
Lingkungan sekitar toko tersebut memang mayoritas ruko dan rumah-rumah warga. Kebanyakan rumah-rumah tersebut dijadikan rumah kos. Toko tersebut memiliki rolling door berkelir coklat dan menjual bedak serta popok bayi. Salah satu warga Bekasi Selatan Siswanto (43) menceritakan, praktik toko penjual obat-obatan terlarang itu kerap berpindah-pindah tempat.
Baca juga: Polisi Gerebek Penjual Obat Tramadol hingga Hexymer Berkedok Toko Kosmetik di Tangerang
Beberapa bulan buka di satu wilayah kemudian tutup dan lalu buka lagi di wilayah lain. “Yang di sini (Kayuringin) sudah tutup 3 bulan lalu. Sebelumnya pindahan dari wilayah depan,” kata dia saat berbincang dengan Tribun beberapa waktu lalu.
Siswanto menyebut, warga sekitar sudah lama mengendus praktik tersebut. Namun warga tidak berani turun tangan sendiri. Toko kecil dengan etalase mungil itu kerap didatangi anak-anak remaja bahkan ada yang masih mengenakan seragam sekolah. Sementara jika ditengok langsung, tidak ada barang yang menarik untuk dibeli.
Hanya ada beberapa produk bayi seperti bedak dan kosmetik dipajang di etalasenya. Produk-produk itu pun tampak kusam dan berdebu, karena sering terpapar matahari dan asap dari kendaraan bermotor yang melintas.
Baca juga: Ditemukan Barang Bukti Hexymer Saat Ammar Zoni Ditangkap, Obat Apakah Itu?
“Lah wong yang dijual produk-produk bayi dan kosmetik, anak muda buat apa sering ke sana. Dilihat-lihat kalau orang belanja kan biasanya bawa kantong plastik setelah dari toko ya. Nah, kalau beli di toko itu tidak pernah lihat orang bawa barang belanja. Prosesnya juga cepat datang bayar pulang,” kata Siswanto.
Siswanto menuturkan, toko tersebut suka berpindah-pindah. Jika dirasa di wilayah itu sudah tidak aman, maka toko tutup dan pindah. Ditambahkan warga lainnya Yana (63) , pengunjung toko itu memang kebanyakan anak-anak muda usia tanggung alias remaja Mereka sering datang di pagi hari dan sore hari. “Biasanya datang pagi hari Kalau belum buka tokonya ya duduk di depan ruko saya,” ujar Yana.
Ia mengaku, cukup resah dengan kehadiran toko tersebut di wilayahnya berjualan. Namun karena tidak tahu harus melapor dan takut, Yana berdamai dengan kondisi itu. “Dan akhirnya sudah 3 bulan lalu toko itu tutup. Alhamdulillah sudah pindah tidak tahu kemana,” ujar dia.
Baca juga: Pria Positif Narkoba Tabrak 4 Pemotor di Pekanbaru, Driver Ojol Tewas, 3 Korban Lainnya Luka-luka
Yana bahkan pernah menyuruh anak laki-lakinya untuk melaporkan toko tersebut kepolisian. “Anak saya yang laki-laki pernah saya suruh lapor ke polisi. Cuma alasannya anak saya, itu sudah ada yang jaga mungkin ada backing-an jadi percuma,” ujar Yana.