Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

6 Puisi Tema Kemerdekaan untuk Lomba 17 Agustus, Cocok untuk Dibaca di Malam Tirakatan

Berikut ini 6 puisi tema kemerdekaan yang cocok dibacakan saat lomba 17 Agustus atau saat malam tirakatan pada 16 Agustus.

Penulis: tribunsolo
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in 6 Puisi Tema Kemerdekaan untuk Lomba 17 Agustus, Cocok untuk Dibaca di Malam Tirakatan
Freepik
Ilustrasi HUT Kemerdekaan RI 

Makin samar
Mencapai puncak ke pecahnya bunga api
Pecahnya kehidupan kegirangan
Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah
Memandangi tepian laut

Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
Dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
Makin bercahaya makin bercahaya
Dan fajar mulai kemerahan

3. Chairil Anwar - Persetujuan dengan Bung Karno

Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengar bicaramu, dipanggang atas apimu, digarami oleh lautmu
Dari mula tanggal 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

Sudah dulu lagi terjadi begini
Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil
Jangan tanya mengapa jari cari tempat di sini
Aku tidak tahu tanggal serta alasan lagi

Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang
Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang penghabisan

Berita Rekomendasi

Yang akan terima pusaka: kedamaian antara runtuhan menara
Sudah dulu lagi, sudah dulu lagi
Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil.

4. Joko Pinurbo - Ziarah Udin

Kemerdekaan itu, Udin, harta cinta
Yang harus kautebus dengan kematianmu.
Kemerdekaan itu rubrik rindu yang mewartakan kabar baik darimu.
Kemerdekaan itu kami yang berdiri di sekelilingmu untuk memandang matamu yang bersih dan berani.

Kematian tak memisahkan kau dengan kami, para pewarta yang menyalakan kata di lorong-lorong yang tak terjangkau cahaya.
Kematianmu telah membuka pintu yang terkunci oleh tirani, oleh gentar dan takut kami.

Menulislah terus, Udin, menulislah
Di kolom sunyi di relung hari dan hati kami.
Menulislah di sela lelah dan gundah kami.

Kematian tak memisahkan kau dengan kami.
Sebab pada tinta yang melumuri tangan kami masih menyala merahmu, masih tercium darahmu.

5. Wiji Thukul - Sukmaku Merdeka

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas