Perjuangan Gabriel Dalang Cilik Anak Tukang Rosok, Lestarikan Budaya di Tengah Keterbatasan yang Ada
Sepenggal kisah inspiratif perjuangan Gabriel Sanata Putra untuk menjadi dalang profesional dimulai sejak kecil.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Tetapi, angkringan itu kini tinggal kenangan karena digusur oleh pemilik lahan.
Sempat Alami Perundungan dan Diskriminasi
Perjalanan Gabriel belajar seni wayang tak luput dari bullying hingga diskriminasi.
Jauh sebelum Gabriel meraih prestasi jawara Dalang Cilik, sang ayah yang menyadari Gabriel memiliki minat besar di dunia dalang mencarikan sanggar seni untuk sang anak berlatih.
Tetapi, dalam perjalanannya, sang ayah tidak mampu membayar sanggar karena kondisi ekonomi.
Belum lagi Gabriel juga mendapat diskriminasi dan diremehkan karena kondisi sang ayah yang dipandang sebelah mata.
“Saya pernah merasakan diremehkan, tidak diberi kesempatan maju lomba, ayah juga diremehkan apa bisa membayar biaya pentas yang tidak sedikit,” ujar Gabriel.
“Saya juga kerap dijelek-jelekkan, tapi itu jadi penyemangat saya untuk kemudian berlatih, hujan banjir saya trabas buat latihan demi membanggakan ayah,” imbuhnya.
Tekanan yang sempat Gabriel rasakan membuatnya sempat tidak mau memegang wayang lagi.
Tetapi, motivasi kuat sang ayah kembali menyalakan api semangat dalam diri Gabriel.
Hingga pada akhirnya Gabriel mengikuti Festival Dalang Cilik Surakarta 2021.
Saat itu masih pandemi, peserta lomba mengirimkan video di babak penyisihan.
Gabriel akhirnya berhasil masuk babak final dan tampil di sana.
Alhasil, dengan motivasi penuh, Gabriel berhasil meraih predikat dalang cilik terbaik di kategori sabet dan juara 2 umum.
Pentas dengan Biaya Sendiri
Meraih prestasi dalang cilik bukanlah akhir dari perjuangan Gabriel.