Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjuangan Gabriel Dalang Cilik Anak Tukang Rosok, Lestarikan Budaya di Tengah Keterbatasan yang Ada

Sepenggal kisah inspiratif perjuangan Gabriel Sanata Putra untuk menjadi dalang profesional dimulai sejak kecil.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Perjuangan Gabriel Dalang Cilik Anak Tukang Rosok, Lestarikan Budaya di Tengah Keterbatasan yang Ada
Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto - Dok Pribadi
Gabriel Sanata Putra, dalang cilik dari Solo, Jawa Tengah. 

Gabriel senang, penampilannya membawakan cerita Sumantri Ngenger mendapat apresiasi dari masyarakat.

Cita-cita Gabriel

Salah satu cita-cita Gabriel telah ia capai, yaitu menimba ilmu di SMKN 8 Surakarta, sekolah kejuruan khusus kesenian.

“Sejak SD ingin sekolah di sini, bapak suka melewatkan saya di depan sekolah ini, saya sempat bertanya ‘Yah, apa saya bisa masuk situ ya yah?’ lalu ayah menjawab ‘ya bisa asal mau belajar’,” ungkap Gabriel menirukan percakapannya dengan sang ayah.

Gabriel bertekad menjadi murid kebanggaan sekolahnya.

“Kalau ada event-event dalang saya ingin mengajukan diri, saya bisa membalas jasa SMK lewat itu, saya harus bisa belajar giat,” ujar Gabriel.

Ke depannya, Gabriel berharap bisa melanjutkan studi di Institut Seni Indonesia (ISI).

Selain ingin menjadi dalang profesional, Gabriel ingin menjadi dosen.

Berita Rekomendasi

“Cita-cita saya ingin jadi dosen atau dalang kondang, kalau mantapnya hati saya ingin membantu sesama, saya pernah merasakan di bawah.”

“Saya ingin mengembangkan kesenian, menerima orang lain belajar dengan saya tanpa diskriminasi. Saya tidak ingin orang lain merasakan apa yang saya rasakan,” ungkap Gabriel.

Dukungan Pihak Sekolah

Sementara itu, Kepala SMKN 8 Surakarta, Wening Sukmanawati mengaku bangga dan mengapresiasi perjuangan Gabriel.

Wening mengatakan, Gabriel masuk ke SMKN 8 Surakarta melalui tes minat bakat sekaligus memiliki nilai yang bagus.

Ia mengaku sempat heran, jarang ada anak dari Solo memiliki bakat menjadi dalang.

Biasanya, murid-murid Seni Pedalangan berasal dari daerah luar kota.

“Waktu itu saya suruh dia untuk ontowecono (bernarasi), dan ternyata dia bisa, saya suruh dia suluk, bisa juga,” ungkap Wening.

Ia juga mengatakan sekolah siap mendukung seluruh peserta didik meraih cita-citanya, termasuk Gabriel.

Selain lewat pembelajaran ilmu pedalangan di kelas, Wening akan berusaha memberikan kesempatan muridnya untuk menampilkan keahlian yang dimiliki.

“Nanti anak-anak yang berprestasi akan kami kumpulkan di komunitas dalang, kita cari event agar mereka bisa tampil, jadi supaya mereka memiliki jam terbang tinggi,” ungkapnya.

Wening juga berharap pemerintah membuka ruang lebih lebar terhadap dunia seni.

“Harapan saya semoga banyak kompetisi wayang, karena untuk Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) belum ada kompetisi wayang,” ujarnya.

Wening juga berharap perjuangan Gabriel dapat menginspirasi teman-temannya, maupun masyarakat pada umumnya.

“Kami akan mendukung pengembangan seni budaya di Indonesia,” pungkasnya.

Tekad dan kecintaan Gabriel pada budaya dapat mengubah nasibnya.

Kini, apa yang diperjuangkan Gabriel dapat memberikan harapan baru bagi generasi penerus untuk melestarikan budaya bangsa. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas