Nasib Manto Kader Banteng Buta Huruf yang Tanda Tangan Kertas Kosong Dibayar Rp 300 Ribu
5 kader banteng diiming-iming Rp 300 ribu asal ikut demo, tanda tangan di kertas kosong bermaterai ujungnya untuk gugat SK Perpanjangan Pengurusan.
Editor: Theresia Felisiani
Di balik sela-sela jerjaknya terlihat ada pintu lain, yang berbahan kaca bening, sehingga memungkinkan untuk melihat ke dalam bagian kantor partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut.
Pagi itu sekitar pukul 09.30 WIB tidak ada aktivitas di markas partai banteng Jakarta Barat tersebut.
Tak ada satu pun orang yang terlihat, hanya ruangan, sekat-sekat antar ruangan, meja dan bangku kerja, serta piranti elektronik seperti komputer di atas meja.
Saat dihubungi, Ketua DPC PDIP Jakarta Barat, Lauw Siegvrieda, mengakui bahwa Djupri, Jairi, Manto, Suwari, dan Sujoko merupakan kader non-pengurus di PDIP.
Mereka berlima memiliki kartu tanda anggota (KTA) PDI Perjuangan.
Wanita yang dipanggil Vrieda itu menjelaskan, lima orang kader PDIP tersebut kerap berkumpul di Tanggul Kali Mookervart, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
Tempat tersebut, menurut Vrieda, berada di dekat gedung kantor yang baru disewa oleh Anggiat BM Manalu, tepatnya hanya berbeda nomor rukun warga (RW).
Vrieda tidak membenarkan bahwa Anggiat merupakan kader PDIP. Menurutnya, ada beberapa gambar yang diterimanya memperlihatkan sosok Anggiat mengenakan pakaian berwarna kuning.
Ia melanjutkan, saat kelima kader PDIP tersebut berkumpul di Tanggul, Rawa Buaya, Jakarta Barat, ada seorang warga, bukan kader PDIP, yang mengajak kelima kader partai berlambang banteng itu untuk mengikuti aksi unjuk rasa bertemakan demokrasi dan akan diberi bayaran sebesar Rp300 ribu bagi mereka yang bersedia ikut demo.
"Ada orang, seseorang, mengimbau nih, menyuruhkan, mau enggak tuh ikut demo mengenai demokrasi 'Dikasih uang tuh Rp300 ribu'. Gitu," ungkap Vrieda, kepada Tribunnews.com, Jumat (13/9).
Politisi PDIP itu kemudian mengatakan, kelima kader PDI Perjuangan itu lantas berminat mengikuti aksi unjuk rasa itu dan langsung diantarkan seorang warga ke kantor Anggiat BM Manalu.
Berdasarkan konfirmasi Vrieda kepada kelima kader PDIP itu, diketahui mereka bertemu Anggiat mengenakan pakaian berwarna merah di kantornya.
Selanjutnya, kelimanya menandatangai kertas kosong bermaterai dan langsung menerima uang yang dijanjikan yakni masing-masing Rp300 ribu.
Pertanyaan demi pertanyaan sempat ditanyakan Vrieda kepada kelima kader itu. Katanya, ditemukan bahwa lima orang kader itu menganggap aksi unjuk rasa yang dinarasikan Anggiat itu merupakan kelanjutan dari demo di depan gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.